Denpasar, Aktual.com – Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya meminta maaf kepada umat Muslim di Indonesia atas insiden penghadangan Ustaz Abdul Somad saat akan menggelar safari dakwah di Bali berkaitan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Untuk menyatakan ketulusannya itu, Ismaya sempat bersumpah melalui ritual Hindu menggunakan pejati. Ia mengaku tulus menyampaikan permohonan itu. Jika hanya sekadar kepura-puraan, Ismaya siap diazab oleh Tuhan Yang Maha Esa.
“Kami minta maaf kapada seluruh umat Muslim di Indonesia. Semoga apa yang saya sampaikan ini dapat diterima. Saya tidak sedang pencitraan. Kalau saya berpura-pura, saya siap diazab oleh Tuhan,” kata Ismaya saat memberi keterangan resmi di Denpasar, ditulis Selasa (12/12).
“kepada para ulama, ustadz, kiai, sesepuh dan guru yang ada di seluruh Indonesia, mohon dibukakan pintu hatinya, terimalah kami lagi, jangan caci lagi, karena ini kekhilafan. Kami juga minta maaf kepada umat Hindu. Gara-gara kami semua ini terjadi. Ini jadi pembelajaran bagi kami,” ujar Ismaya menambahkan.
Selain itu, Ismaya juga meminta maaf kepada Ustadz Abdul Somad atas perlakuannya selama di Bali. Ia juga meminta maaf kepada warga Riau yang tersinggung atas sikapnya tersebut. “Saya minta kebijaksanaan, hati yang luar biasa dari Ustadz Somad untuk memaafkan kami apabila sambutan yang diberikan tidak berkenan. Bukakanlah pintu hati buat kami Pak Ustadz. Jadikanlah ini pahala untuk Pak Ustadz untuk mencapai kesempurnaan. Semoga ridho Allah selalu menyertai Pak Ustadz,” ucap Ismaya.
Ia menegaskan jika Laskar Bali sendiri terjebak dalam situasi tersebut. Secara kronologis pria berbadan tegap itu menceritakan awal mula peristiwa itu terjadi. Pada tanggal 7 Desember pukul 19.00 WITA beberapa perwakilan ormas yang tergabung dalam Komponen Rakyat Bali (KRB) datang ke rumahnya. Mereka meminta ketegasan sikap Laskar Bali atas kehadiran Ustadz Somad di Bali. Ismaya menuturkan jika saat itu ia belum bisa memberikan sikap, karena tak tahu betul sepak terjang ustadz lulusan Mesir dan Maroko tersebut.
Beberapa dari perwakilan ormas itu kemudian menyodorkan beberapa gambar kepadanya kaitan Ustadz Somad dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan oleh pemerintah. Dari situ, Ismaya memutuskan agar Laskar Bali turun ke jalan menyikapi kehadiran Ustadz Somad di Bali. Mereka menggelar aksi unjuk rasa di Monumen Bajra Sandhi Renon, Denpasar.
Pada kesempatan itu, Ismaya meminta agar Ustadz Somad dihadirkan di Renon untuk melakukan prosesi ikrar kebangsaan. “Kami tidak tergabung dalam KRB. Yang kami tahu Ustadz Somad akan dibawa ke rumah Ngurah Harta untuk melakukan ikrar kebangsaan. Kami meminta agar dilakukan di Renon saja. Di rumah Ngurah Harga jalannya sempit. Kalau terjadi sesuatu bagaimana cara mengevakuasi Ustadz Somad. Keselamatan beliau juga kami pikirkan,” jelasnya.
Pada pukul 11.00 WITA tanggal 8 Desember 2017, Ismaya dihubungi oleh perwakilan dari Polda Bali. Dalam percakapan itu ditegaskan jika Ustadz Somad bukanlah seperti yang dituduhkan, yakni anti-kebhinekaan dan anti-NKRI.
Mengetahui demikian, Ismaya menarik pasukannya untuk membubarkan diri.
Pada pukul 02.00 WITA di hari yang sama, Ismaya mengaku kembali dihubungi oleh perwakilan dari ormas yang tergabung dalam KRB dan menyampaikan jika Ustadz Somad sudah tiba di Bali dan menginap di Hotel Aston Denpasar. Ormas KRB sendiri saat itu telah menggelar aksi unjuk rasa di depan Hotel Aston Denpasar. Tak lama kemudian, perwakilan dari Polda Bali juga menghubunginya dan menanyakan apakah akan datang ke Aston Denpasar untuk ikut bergabung dengan demonstran.
“Kepada perwakilan dari ormas itu saya sampaikan bahwa beliau (Ustadz Somad) NKRI. Kepada perwakilan Polda yang menanyakan apakah kami akan datang ke Aston, saya katakan tegas tidak ke sana. Ustadz Somad NKRI, untuk apalagi saya datang ke sana,” tegasnya.
Sore hari sekitar pukul 17.00 WITA ia dihubungi kembali oleh perwakilan dari ormas yang berdemonstrasi di depan Hotel Aston. Ismaya dilaporkan jika Ustadz Somad menolak mencium bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. “Saya langsung berfikir, kalau begitu berarti Ustadz Somad tidak NKRI. Saya putuskan datang ke Aston untuk mengonfirmasi langsung ke Ustadz Somad,” tuturnya.
Sesampainya di Hotel Aston, Ismaya mengakui langsung merangsek masuk ke dalam hotel meski ada penjagaan ketat kepolisian. Ia lantas ikut duduk di dalam ruang pertemuan, di mana telah ada Kapolresta Denpasar dan Komandan Kodim Badung, perwakilan PWNU dan organisasi yang tergabung dalam KRB serta panitia penyelenggara. Ustadz Somad lalu dihadirkan. Kapolresta Denpasar menjelaskan jika Ustadz Somad bukanlah ulama seperti yang dituduhkan.
“Saya sampaikan waktu itu mohon maaf kepada Ustadz Somad. Kami tidak tahu kalau ustadz NKRI. Kami siap mendukung dan menjaga Pak Ustadz. Lalu saya ditanya, apakah Pak Ustadz bisa terus ceramah? Saya bilang lanjut khotbahnya. Saya yang akan di depan kalau ada yang berani menyentuh Pak Ustadz. Kalau ada yang berani mengacaukan saya yang bertanggungjawab,” ucapnya.
“Pak Ustadz bilang katanya tangannya diremas dengan keras. Saya tahu betul yang remas tangan ustadz itu dari umat Muslim. Saya tahu sendiri itu organisasi Muslim. Saya marahi dia, karena kami sudah komitmen sudah menjaga Pak Ustadz,” tambah Ismaya.
“Saya juga klarifikasi saya tidak ada bawa senjata. Itu tongkat komando saya. Saya katakan yang sebenarnya agar bisa menciptakan suasana tentram bagi umat beragama, khususnya Muslim dan Hindu di Bali dan Riau. Kepada warga Riau kami juga menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan kami. Mari kita rekatkan lagi persaudaraan kita. Kalau datang ke Bali hubungi saya, saya yang jamin dan jamu dengan baik. Itu janji saya,” demikian Ismaya.
Laporan Bobby Andalan, Bali
Artikel ini ditulis oleh: