Washington, aktual.com – Semua faksi yang berperang di Yaman telah mengkonfirmasi mereka akan menghadiri pembicaraan perdamaian di Swedia, kata Utusan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths pada Jumat (16/11).
“Ini adalah momen penting buat Yaman. Saya telah menerima jaminan tegas dari pemimpin semua pihak di Yaman,” kata Griffiths dalam satu pertemuan Dewan Keamanan PBB, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Anadolu –yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu (17/11).
“Mereka berkomitmen untuk menghadiri konsultasi ini. Saya percaya mereka tulus.” Griffiths mengatakan ia akan bertolak di Sana’a pekan depan, dan akan pergi bersama delegasi untuk berkonsulatasi di Swedia, jika perlu.
Utusan PBB tersebut menyatakan ia sudah dekat untuk “menyelesaikan masalah persiapan yang akan memungkinkan kita membuat ini terwujud”.
“Dengan meningkatnya perhatian internasional, telah muncul komitmen baru dari semua pihak di Yaman untuk bekerja bagi penyelesaian politik,” kata Griffiths.
Yaman telah dirongrong kerusuhan sejak 2014, ketika gerilyawan Syiah Al-Houthi menguasai sebagian besar negeri itu, termasuk Ibu Kotanya, Sana’a, dan Provinsi Al-Hudaydah.
Konflik itu meningkat pada 2015, ketika Arab Saudi dan sekutu Arab Sunninya melancarkan serangan udara gencar di Yaman dengan tujuan membalikkan perolehan gerilyawan Al-Houthi dan memulihkan pemerintah negeri tersebut –yang didukung Arab Saudi.
Kerusuhan telah memporak-porandakan prasarana di Yaman, termasuk sistem kebersihan dan kesehatannya, sehingga PBB menggambarkan situasi itu sebagai “salah satu bencana kemanusiaan terburuk pada jaman modern”.
Pengumuman oleh Griffiths dikeluarkan setelah Kepala Program Pangan Dunia PBB (WFP) David Beasley memberi keterangan perubahan mengenai situasi kemanusiaan di Yaman.
“Ini bukan di ambang bencana. Ini adalah bencana,” kata Beasley dalam satu taklimat.
Menurut WFP, 18 juta orang di Yaman berada dalam kondisi rawan pangan, dan antara 12 dan 14 juta orang menghadapi kondisi rawan pangan parah.
“Ada orang, secara harfiah, berjalan ke arah jurang kelaparan,” kata Beasley.
Pekan lalu pasukan yang setia kepada pemerintah Yaman, yang diakui oleh masyarakat internasional, melancarkan operasi-militer baru untuk merebut kembali Al-Hudaydah –dan dua pelabuhan strategisnya– dari gerilyawan Al-Houthi.
Pada Selasa, Kepala Lembaga Urusan Kemanusiaan PBB Mark Lowcock menyerukan gencatan senjata bagi konflik yang berkecamuk, yang mengarah kepada dihentikannya bentrokan di Kota Pelabuhan Al-Hudaydah, kata pasukan keamanan Yaman.
Antara
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang