Foto ilustrasi bendera Kamboja dan Thailand - foto X

Kuala Lumpur,Aktual.com  – Setelah empat hari pertempuran, akhirnya pemimpin Thailand dan Kamboja sepakat untuk menggelar perundingan di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur pada Senin (28/7) ini. Hal tersebut disampaikan juru bicara kantor Perdana Menteri Thailand, Jirayu Huangsap.

Dilansir dari The Guardian, kesepakatan pertemuan di Kuala Lumpur itu, setelah Presiden AS Donald Trump mendesak untuk segera mengakhiri konflik perbatasan yang mematikan itu. Jirayu Huangsap mengatakan bahwa Pelaksana tugas (Plt) PM Phumtham Wechayachai akan menghadiri perundingan tersebut untuk memenuhi undangan dari PM Malaysia Anwar Ibrahim ”untuk membahas upaya perdamaian di kawasan”.

Wechayachai  juga mengatakan bahwa PM Kamboja Hun Manet juga akan menghadiri perundingan tersebut, meskipun hal ini belum dikonfirmasi oleh pihak Kamboja. Namun rencana pertemuan dua pemimpin negara yang sedang berseteru itu juga dikonfirmasi Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan pada Minggu (27/7).

Dijadwalkan kalau PM Kamboja Hun Manet dan Plt PM Thailand Phumtham Wechayachai diperkirakan akan tiba di Malaysia pada Senin malam (28/7). ”Mereka memiliki kepercayaan penuh pada Malaysia dan meminta saya untuk menjadi mediator,” kata Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan.

Ia menambahkan bahwa dirinya telah berbicara dengan rekan-rekannya sesama Menlu dari Kamboja dan Thailand, dan mereka sepakat tidak ada negara lain yang boleh terlibat dalam masalah ini.

Sebelumnya, PM Malaysia Anwar Ibrahim, yang juga Ketua Forum Regional ASEAN mengusulkan gencatan senjata pada Jumat (25/7) lalu. Kemudian keesokan harinya, Presiden AS Donald Trump mengatakan kalau pemimpin Thailand dan Kamboja sepakat untuk mengupayakan gencatan senjata.

Di sisi lain, Menlu AS Marco Rubio mengatakan bahwa AS siap membantu perundingan seraya mendesak Menlu Thailand Maris Sangiampongsa dan Menlu Kamboja Prak Sokhonn untuk segera meredakan ketegangan. ”AS siap memfasilitasi diskusi di masa mendatang guna memastikan perdamaian dan stabilitas antara Thailand dan Kamboja,”  demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS pada Minggu (27/7).

Untuk diketahui, setelah empat hari pertempuran  yang dimulai pada Kamis pagi (24/7) lalu, tercatat jumlah korban tewas mencapai lebih dari 30 orang, setidaknya 15 orang tewas di Thailand dan 13 orang tewas di Kamboja. Lebih dari 200 ribu warga telah diungsikan dari daerah perbatasan kedua negara.

(Indra Bonaparte)