Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank menguat 12 poin menjadi Rp13.182 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.194 per dolar AS. Kemungkinan bank sentral AS (The Fed) yang belum akan menaikan suku bunga acuannya (Fed fund rate) dalam waktu dekat menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang domestik.
“Meski The Fed masih berpotensi untuk menaikan suku bunga secara gradual sebanyak dua kali pada tahun ini, namun sebagian pelaku pasar masih meminati aset-aset berisiko yang menawarkan imbal hasil tinggi, salah satunya di Indonesia mengingat fundamental ekonomi masih terjaga,” ujar Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin (25/4).
Ia menambahkan sentimen dari harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 40 dolar AS juga turut menjaga laju mata uang komoditas, seperti rupiah. Harga minyak mentah jenis WTI crude pada Senin (25/4) sore ini berada di level 42,88 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah jenis brent crude di posisi 44,36 dolar AS.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan walaupun besar kemungkinan suku bunga AS tidak akan naik dalam waktu dekat, pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen mengenai prospek ekonomi serta arah suku bunga ke depan masih belum dapat dipastikan.
“Dolar AS masih berpeluang untuk bergerak kuat pada pekan ini,” katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai pembagian dividen perusahaan tercatat atau emiten di Bursa Efek Indonesia dapat menahan laju nilai tukar domestik.
“Pembagian dividen perusahaan biasanya dibarengi oleh tingginya repatriasi dana asing,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (25/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.235 dibandingkan hari sebelumnya (22/4) Rp13.169.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka