Karyawan penukaran mata uang asing menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. Rupiah ditutup terapresiasi tipis 0,02% atau 2 poin ke level Rp13.084 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.058 – Rp13.099 per dolar AS. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pola gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini diproyeksikan akan mengalami pelemahannya.

Hal ini terjadi akibat sentimen global yang ada di AS dan sentimen domestik tak cukup menjadi katalis positif bagi rupiah. Demikian disebutkan oleh analis senior PT Binaartha Securities, Reza Priyambada, di Jakarta, Selasa (27/12).

“Adanya sentimen dari penilaian Fitch Ratings yang telah meningkatkan outlook credit rating pada long term foreign dan local currency issuer default rating menjadi positif tak cukup menolong rupiah,” ujarReza.

Bahkan, kata dia, sekalipun pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah mengupayakan inflasi tahunan tak melebihi 4,0 persen tampaknya tidak cukup kuat mempertahankan rupiah di zona hijaunya.

“Sehingga laju rupiah kembali mengalami pelemahannya, meski tipis. Ditambah lagi indikator makro di AS juga kembali positif,” kata data.

Menurutnya, indikator di AS itu adalah rilis data pertumbuhan ekonomi AS periode triwulan III-2016 yang membaik menjadi 3,5% dari ekspektasi 3,2%.

Kondisi itu disebutnya cukup terimbangi, kendati meningkatnya klaim pengangguran sebesar 275 ribu, turunnya durable goods orders bulanan sebesar -4,6%, serta melemahnya indeks Chicago Fed national activity di level -0,27.

“Akan tetapi, pelaku pasar valuta asing lebih concern terhadap data GDP AS tersebut yang membaik, sehingga menguatkan USD,” jelas dia.

Kendati begitu, kata dia, diharapkan pelemahan rupiah ini hanya dapat terjadi secara terbatas di tengah pola geraknya yang sedang dalam tren sideways-nya.

“Diperkirakan rupiah akan bergerak dengan kisaran pada level support Rp13.512, dan laju di level resisten di rentang Rp13.409,” jelasnya.

Untuk itu, para pelaku pasa tetap harus memaspadai laju USD yang kembali menguat ini. Apalagi juga seiring kembali melemahnya laju harga minyak mentah dunia yang bisa menopang laju USD di tren hijau.

“Tetap perlu diwaspadai jika nantinya kondisi itu kembali menghadang potensi pembalikan arah penguatan rupiah,” papar Reza.

Menurutnya, penguatan secara teknikal kemungkinan dapat diharapkan bagi rupiah untuk kembali ke zona hijaunya, kendati sentimen positif dari dalam negeri belum ada.(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid