Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ama/15

Jakarta, Aktual.com — Analisis NKHSI menilai bahwa laju Rupiah masih melanjutkan penguatannya seperti halnya pergerakan sebelumnya yang mampu mengalami kenaikan di tengah laju masih USD yang bergerak naik terhadap sejumlah mata uang. Adanya rilis pertumbuhan produksi dan investasi Tiongkok yang menunjukkan perlambatan memberikan tekanan pada laju Yuan dan begitupun dengan sentiment dari dalam negeri yang belum sepenuhnya cukup positif namun, laju Rupiah masih dapat bertahan menghijau.

“Laju Rupiah pada Kamis (12/11) diperkirakan akan berada di atas target resisten 13.610. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia di rentang Rp13.586-13.489,” ujar kepala riset NHKSI, Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (12/11).

Meski masih ada imbas pemberitaan terkait rencana kenaikan The Fed namun, sudah mulai berkurang sehingga pelaku pasar kembali masuk ke asset-aset mata uang beresiko, termasuk diantaranya laju Rupiah. Adanya sentiment dari rencana stimulus ECB yang berimbas pada penurunan indeks Euro tidak terlalu memberikan efek negatif pada Rupiah.

“Masih berlanjutnya penguatan memberikan ruang bagi Rupiah untuk dapat kembali melanjutkan tren kenaikannya meski jangka pendek. Namun tetap mewaspdai dan tetap cermati sentimen yang akan muncul,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka