Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 57 poin menjadi Rp13.141 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.084 per dolar AS.

“Mata uang di sejumlah negara berkembang, termasuk rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS menyusul adanya spekulasi bahwa menguatnya nilai aset di pasar berkembang terlalu cepat mengingat masih berlangsungnya kecemasan atas kesehatan ekonomi Tiongkok dan ekonomi global,” kata Kepala riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (8/3).

Secara teknikal, lanjut dia, fluktuasi mata uang rupiah yang telah mengalami tren penguatan hingga ke level 13.000 per dolar AS juga dimanfaatkan sebagian pelaku pasar uang untuk melakukan aksi ambil untung.

Di sisi lain, ia menambahkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia yang cenderung mulai tertahan menjadi salah satu faktor negatif bagi laju mata uang komoditas, termasuk rupiah.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa (8/3) sore ini, berada di level 37,78 dolar AS per barel, turun 0,32 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 40,79 dolar AS per barel, melemah 0,12 persen.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa prediksi pelaku pasar uang terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang diperkirakan tidak akan menaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat menjadi salah satu penahan laju dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia.

“The Fed masih berpeluang untuk menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini,” katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (8/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.128 dibandingkan hari sebelumnya (7/3) Rp13.029.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka