Jakarta, Aktual.com – Pidato Gubernur The Federal Reserve, Janet Yellen yang mensinyalir akan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan telah memungkinkan untuk menaikan suku bunga acuannya, Fed fund rate turut menopang dolar AS (USD) untuk menguat.
Kondisi itu justru menjadikan rupiah kian melemah. Bahkan adanya rilis suku bunga Bank Indonesia (BI), BI 7-day Reverse Repo Rate yang ditahan tak menjadi sentimen positif. Sehingga pada perdagangan hari ini, laju nilai tukar rupiah diproyeksikan kembali lanjutkan pelemahan.
“Tren penguatan yang diharapkan, tampaknya terpatahkan dengan adanya imbas pidato The Fed itu. Oleh karena itu, kami kembali mewaspadai akan adanya pelemahan lanjutan dari rupiah,” tegas analis senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, diJakarta, Jumat (20/1)
Menurut Reza, sikap pelaku pasar yang cenderung dingin terhadap rilis data itu dikarenakan telah diantisipasi lebih dulu (telah ter-price in). Imbasnya, laju rupiah yang sehari sebelumnya menguat, kemarin terlihat melemah.
“Estimasi masih tetapnya tingkat suku bunga acuan BI di level 4,75% kurang kuat, membuat laju rupiah tak dapat bertahan di zona hijau,” jelas dia.
Apalagi, di akhir pekan ini presiden terpilih AS Donald Trump akan dilantik. Kemudian akan ada pidato Presiden European Centeral Bank (ECB), Mario Draghi soal ekonomi Uni Eropa kedepannya. Kondisi itu akan berpengaruh pada pergerakan sejumlah nilai tukar mata uang, termasuk rupiah.
“Diperkirakan laju rupiah akan bergerak pada level support di kisaran Rp13.405 dan level resisten di rentang Rp13.330. Tetap cermati berbagai sentimen yang akan mempengaruhi perubahan pada laju rupiah,” pungkasnya.
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh: