Jakarta, Aktual.com-Kepolisian Malaysia berhasil menangkap dua pria terduga terkait dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Seorang pria yang ditangkap diketahui sebagai WNI pekerja konstruksi asal Indonesia.

Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Senin (22/1), kedua tersangka tersebut ditangkap secara terpisah, yakni pada Desember 2017 dan Januari 2018. Keduanya dicurigai berencana melakukan aksi teror dan mempromosikan ideologi ISIS di Wilayah Malaysia.

Tersangka pertama (25) yang berkewarganegaraan Malaysia berprofesi sebagai guru madrasah tertangkap di Petaling Jaya, Selangor pada 23 Desember 2017 lali. Tersangka yang tidak disebut namanya ini, diduga merencanakan serangan terhadap pusat-pusat hiburan di Malaysia.

Selain itu dilaporkan jika dirinya pernah dijebloskan ke penjara tahun 2015 lalu, atas pelanggaran undang-undang antiteror Malaysia. Otoritas Malaysia pun meyakini, setelah bebas, tersangka ini kembali aktif dalam militansi, bahkan merencanakan perampokan, penculikan atau pembunuhan warga non-muslim.

Sementara, tersangka kedua (23) yang disebut berkewarganegaraan Indonesia (WNI) dan berprofesi sebagai pekerja konstruksi ditangkap di Kuala Lumpur pada 17 Januari lalu. Kepolisian setempat mencurigai WNI ini berencana mencuri senjata dari markas Kepolisian Nasional Malaysia, juga dari kantor-kantor polisi setempat untuk digunakan dalam serangan di Malaysia dan Indonesia.

WNI yang tidak disebut namanya ini, juga dicurigai sering menjalin komunikasi dengan seorang pemimpin senior ISIS melalui media Whatsapp, untuk merekrut sejumlah WNI lainnya. Dia disebut pernah mengibarkan bendera ISIS di lokasi proyek konstruksi tempatnya bekerja, demi menunjukkan ISIS masih aktif di Malaysia.

Pada pernyataan resminya, Kepolisian Malaysia menyebut WNI ini pernah berkeliaran di jalanan sibuk salah satu distrik di Kuala Lumpur dengan membawa pisau. Pada peristiwa yang terjadi pada November 2017 itu, WNI ini disebut mencari seorang biksu Buddha sebagai target untuk dibunuh.

Rencana serangan itu diakuinya sebagai pembalasan atas penderitaan etnis minoritas Rohingya di Myanmar. Kepolisian Malaysia berhasil menggagalkan rencana serangan itu. Pisau yang dibawa WNI itu akhirnya disita polisi.

“Upaya (penyerangan) itu gagal dan polisi berhasil menyita pisaunya saat penggeledahan,” jelas Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Mohamad Fuzi Harun dalam pernyataannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs