Jakarta, Aktual.com – Tekanan inflasi inti (core inflation) meningkat sepanjang September 2017 menjadi 0,35 persen (month to month/mtm) secara bulanan dibanding Agustus 2017 yang sebesar 0,28 persen (mtm).

Kondisi itu terjadi setelah pada beberapa bulan terakhir laju inflasi inti sempat melemah dan diduga menandakan belum membaiknya daya beli, demikian Bank Indonesia dalam pernyataannya di Jakarta, Senin.

Menurut BI, tekanan inflasi inti dan tekanan dari kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) menjadi penyebab kenaikan inflasi nasional pada September 2017 yang sebesar 0,13 persen (mtm).

Menurut survei pemantauan harga BI sebelumnya, hingga pekan keempat September 2017, laju indeks harga konsumen masih tercatat deflasi 0,01 persen (mtm).

BI memandang inflasi 0,13 persen (mtm) atau secara tahunan 3,72 persen (yoy) di September 2017 masih terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar empat persen plus minus satu persen.

“Ke depan, koordinasi kebijakan antara pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat dalam pengendalian inflasi,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman.

Kepala BPS Ketjuk Suhariyanto mengatakan kenaikan inflasi inti menyumbang 0,35 persen kepada laju inflasi. Kenaikan inflasi inti didorong pengeluaran masyarakat untuk biaya akademik perguruan tinggi, yang menyumbang 0,04 persen, uang sekolah, emas perhiasan dan juga tarif rekreasi.

Secara tahunan, inflasi inti sebesar 3 persen (yoy). Sedangkan di kelompok administered prices tercatat inflasi 0,15 persen (mtm) meningkat dibandingkan dengan bulan lalu yang deflasi 0,48 persen (mtm).

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby