Jakarta, Aktual.com — Pada umumnya, menjadi anak Pejabat atau Raja atau Khalifah selalu membawa takdir keberuntungan serta kemewahan. Jika ayahnya menjabat sebagai pemimpin tertinggi suatu wilayah atau negara, sang putri biasa hidup mewah. Namun tidak dengan Putri Rasulullah SAW ini, dimana dirinya dalam keseharian jauh dari kesan mewah.
Berikut, Aktual.com hadirkan kepada Anda kisah putri Nabi Muhammad. Kami yakin setelah Anda membacanya, Anda akan menerapkan hidup sederhana serta selalu menebar kebajikan.
Suatu hari, putri Nabi Muhammad SAW, Sayyidah Fathimah, dihampiri Abdurrahman bin ‘Auf. Dia mengabarkan bahwa Rasulullah SAW sedang menangis sedih selepas menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Abdurrahman datang dalam rangka mencari obat bagi susana hati Nabi Muhammad yang kalut saat itu. Satu hal yang selalu membuat bahagia Rasulullah SAW adalah melihat putrinya.
“Baik. Tolong menyingkirlah sejenak hingga aku selesai ganti pakaian,” demikian dikisahkan dalam kitab Al Aqthaf Ad Daniyyah melalui Riwayat Umar bin Khattab.
Keduanya lalu berangkat ke tempat Rasulullah SAW. Saat itu Fathimah menyelimuti tubuhnya dengan pakaian yang usang. Ada 12 jahitan dalam lembar kain tersebut. Serpihan dedaunan kurma juga tampak menempel di sela-selanya.
Sayidina Umar bin Khattab menepuk kepala ketika menyaksikan penampilan Fathimah. “Betapa nelangsa putri Muhammad SAW. Para putri Kaisar dan Raja mengenakan sutra-sutra halus sementara Fathimah anak perempuan utusan Allah SWT puas dengan selimut bulu dengan 12 jahitan dan dedaunan kurma.”
Sesampainya menghadap Ayahandanya, Fathimah bertutur, “Ya Rasulullah, tahukah bahwa Umar sangat heran dengan pakaianku? Demi Dzat yang mengutusmu dengan Kemuliaan, saya dan Ali (Sayyidina Ali bin Abi Thalib, suaminya, red) selama lima tahun tak pernah menggunakan kasur kecuali kulit kambing.”
Fathimah menceritakan, keluarganya menggunakan kulit kambing tersebut hanya pada malam hari. Sementara siang kulit ini menjelma sebagai tempat makan untuk unta. Bantal mereka hanya terbuat dari kulit yang berisi serpihan dedaunan kurma.
“Wahai Umar, tinggalkan putriku. Mungkin Fathimah sedang menjadi kuda pacu yang unggul (Al Khailus Sabiq),” sabda Nabi kepada sahabatnya tersebut.
Analogi kuda pacu merujuk pada pengertian keutamaan sikap Fathimah yang mengungguli seluruh putri-putri raja lainnya. “Tebusanmu (wahai Ayah) adalah diriku,” sahut Fathimah.
Dengan kedudukan dan kharisma Ayahandanya yang luar biasa, Fathimah sesungguhnya bisa memperoleh apa saja yang ia kehendaki, lebih dari sekadar pakaian dan kasur yang bagus atau mewah.
Namun demikian, kepribadian Rasulullah SAW yang bersahaja tampaknya memang mewaris ke dalam dirinya. Fathimah tetap tampil sederhana, dengan segenap kebesaran dan kemewahan jiwanya. (Sumber: Nahdlatul Ulama)
Artikel ini ditulis oleh: