Jakarta, Aktual.com – Ada yang menarik terkait kata hoax yang saat ini populer. Suatu hal dikatakan hoax jika tidak sesuai dengan keinginan seseorang, tanpa proses pencarian kebenaran.

Demikian disampaikan penggiat budaya Lexy Junior Lambadela dalam sebuah diskusi di Tebet, Selasa (19/2).

“Saya kemarin di GBK saat debat kandidat. Saya bertemu dengan relawan Jokowi yang melakukan nonton bareng. Saat itu saya tanya, ada orang-orang di sekeliling Jokowi yang merugikan rakyat,” cerita Lexy.

Ia melanjutkan, saat itu semua yang ditanya menjawab hal tersebut adalah hoax. Sementara kalau ada yang percaya dengan hal tersebut langsung disebarkan.

Masalah selanjutnya adalah diberi fakta yang paling benar, mereka belum tentu diterima, tergantung keyakinan apa.

“Dan itu juga terjadi di kelas menengah, apalagi kelas bawah. Pola seperti ini juga terjadi pada dua kubu yang terlibat polarisasi (Pilpres 2019),” lanjutnya.

“Tugas kaum intelektual sangat berat. Mendobrak daya pengaruhnya ‘plier believe’ (dari orang yang terdogma sebuah kepercayaan). Dan kita harus disambut dengan membentuk kelompok yang mendukung kerja-kerja intelektual yang berfikir independen,” papar dia.

Meskipun dalam hal ini, Lexy menambahkan, perkembangan hoax Indonesia masih dianggap wajar karena jarang sekali menimbulkan korban jiwa.

“Berbeda dengan di negara lain seperti India, Filipina, atau di negara-negara Afrika yang sampai jatuh korban. Paling parah mungkin hanya dilaporkan ke pihak berwajib,” sambung dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan