Warga sipil dinyatakan meninggal akibat serangan udara koalisi pimpinan AS terhadap Kota Ar-Raqqah di Suriah Utara. (ilustrasi/aktual.com)

Jenewa, Aktual.com – Penderitaan dan kesulitan warga Suriah meningkat akibat konsekuensi mematikan dari perang yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, demikian peringatan yang dilontarkan dalam laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (14/9).

Laporan setebal 50 halaman itu, yang dirilis oleh Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB tentang Republik Arab Suriah, mengatakan bahwa jutaan warga di Suriah menderita dan sekarat di kamp-kamp pengungsian, sementara sumber daya semakin langka dan bantuan donor semakin berkurang.

“Suriah tidak mampu kembali ke pertempuran besar-besaran, tetapi arahnya kemungkinan justru ke sana,” kata Paulo Pinheiro, ketua komisi tersebut.

Menurut laporan itu, yang mencakup periode 1 Januari hingga 30 Juni tahun ini, pertempuran terus berlanjut di Suriah utara.

Seorang pegawai bekerja di pabrik sabun Zanabili di kota tua Aleppo, Suriah barat laut, pada 6 Maret 2022. (Xinhua/Ammar Safarjalani)

Perkiraan terbaru PBB menunjukkan bahwa antara 1 Maret 2011 dan 31 Maret 2021, konflik di Suriah telah merenggut nyawa 306.887 warga sipil. Ini berarti rata-rata 83 warga sipil tewas dalam konflik itu setiap harinya selama satu dekade terakhir.

Konflik bersenjata di Suriah pecah pada 2011, dan dengan cepat meningkat menjadi perang skala penuh. Dalam beberapa tahun terakhir, delegasi dari pemerintah Suriah dan oposisinya telah mengadakan beberapa putaran dialog damai di Jenewa, tetapi belum menemukan solusi.

(Sumber: Xinhuanews)