Bogota, Aktual.com – Serangan bom pagi hari di luar sebuah kantor polisi di kota pesisir Kolombia, Barranquilla, menewaskan setidaknya lima polisi dan melukai 42 lainnya pada Sabtu (27/1) waktu setempat atau Minggu (28/1) WIB, kata pihak berwenang.
Serangan tersebut menarget para petugas saat mereka berkumpul di lingkungan San Jose untuk menerima perintah mereka pada hari yang disebut oleh polisi sebagai “aksi barbar” itu.
Hadiah sebesar 50 juta peso (sekitar 18.000 dolar) ditawarkan untuk informasi yang mengarah ke pelaku.
“Kami pikir ini bisa menjadi pembalasan oleh kelompok-kelompok ini yang baru-baru ini terkena dampaknya,” kata komandan polisi metropolitan Brigadir Jenderal Mariano de la Cruz Botero dalam komentar yang disiarkan oleh Radio Caracol, merujuk pada kelompok kejahatan yang aktif di kota pelabuhan itu, seperti diberitakan Reuters, Minggu.
Botero mengatakan bahwa satu orang telah ditangkap sehubungan dengan pemboman tersebut, dan bahwa polisi menduga ada orang lain yang terlibat. Orang yang berada dalam tahanan itu bisa jadi merupakan orang yang memasang dan kemudian memicu perangkatnya, katanya.
Presiden Juan Manuel Santos menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang tewas dan terluka, dan mengatakan di Twitter bahwa pemerintah tidak akan beristirahat sampai mereka yang bertanggung jawab dibawa ke pengadilan. Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto juga menyampaikan ucapan bela sungkawa melalui akun Twitter-nya.
Kolombia memiliki banyak kelompok kejahatan, beberapa di antaranya beroperasi di wilayah pedesaan yang luas dan yang lainnya di kota-kota besar. Banyak yang terlibat dalam produksi dan perdagangan kokain, terutama ke Amerika Serikat dan Eropa, serta pemerasan dan kejahatan lainnya.
Sebelumnya, Kolombia membentuk satuan militer untuk memerangi kelompok bersenjata, yang mulai merebut wilayah yang pernah dikuasai pemberontak Marksis FARC di daerah strategis perdagangan obat bius di bagian selatan negara itu.
Gugus tugas Hercules itu, satuan militer terbesar dalam dua dasawarsa ini, akan memiliki 9.000 tentara dengan tugas merebut kembali kendali wilayah luas berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Ekuador.
Di provinsi selatan, Narino, yang memiliki sebagian besar tanaman daun koka, bahan baku kokain, terdapat ratusan mantan anggota Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), yang memutuskan tidak mematuhi kesepakatan perdamaian, yang ditandatangani pada akhir 2016.
Sejumlah kelompok kejahatan dan paramiliter sayap kanan berebut dengan pemberontak FARC untuk mengendalikan jalur perdagangan narkotika ke Pasifik.
“FARC telah bubar, sekarang semua penyebaran ini, semua kekuatan kita harus diarahkan terhadap organisasi-organisasi ini yang masih mengancam ketenangan negara,” kata Presiden Juan Manuel Santos pada saat peluncuran gugus tugas itu di kota Tumaco.
Pengawasan militer terhadap wilayah tersebut, yang akan disertai dengan investasi untuk mengentaskan kemiskinan dan program pemberantasan serta penggantian koka, sangat penting untuk menjamin perdamaian yang stabil dengan FARC dan mencegah penguatan kelompok bersenjata lainnya, kata Santos.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: