Meski usaha pemerintahan dalam melindungi, mensejahterakan, mencerdaskan dan menertibkan warganya masih relatif lemah, sambung rasa kebangsaan Indonesia masih relatif kuat. Masih kuatnya simpul kebangsaan inilah yang dapat menahan negara ini dari perpecahan.

Kuatnya ikatan rasa kebangsaan ini tidaklah sekadar mengandalkan pasak besar elit politik atau golongan mayoritas, melainkan oleh rajutan serat-serat tipis keindonesian, yang menampung inisiatif-inisiatif warga secara sukarela.

Yakni gugusan inisiatif civic engagement dari keragaman agen sosial dalam usaha menyelesaikan problem-problem konkrit kewargaan dengan semangat keadaban publik yang non-diskriminatif.

Dari Danau Sentani di Papua hingga Danau Toba di Sumatra Utara, ada begitu banyak mata air kecemerlangan yang mengalir dari kearifan dan ketulusan pengabdian para tetua adat, guru-guru, pemuka agama, pengusaha, seniman, jurnalis dan tokoh-tokoh masyarakat sipil lainnya, yang dapat memberi pelajaran bahwa negara-bangsa ini memang banyak masalah, tetapi satu kepala manusia bisa menyelesaikan banyak hal.

Apalagi, jika serat tipis agen-agen konstruktif ini bisa bertaut dalam semangat gotong-royong, membuka diri penuh cinta demi menjaga keseimbangan gerak sepasang sayap keindonesiaan: persatuan dan keadilan.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid