Medan, Aktual.com — Bagi para penjelajah alam (traveller), bila sedang melakukan perjalanan wisata di Sumatera Utara, untuk tidak melewatkan objek wisata yang satu ini. Yaitu, Negeri Suah di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Agar sampai di Negeri Suah ditempuh dengan berkendara selama 90 menit. Dari Medan, Anda bisa mengarahkan kendaraan ke arah Sibolangit atau yang dikenal sebagai bumi perkemahan, perjalanan ditempuh selama 45 menit.

Tiba di simpang Bukkum, Bandar Baru, Sibolangit, perjalanan kembali dilanjutkan selama kurang lebih 45 menit perjalanan berkendara roda empat atau roda dua. Pacu kendaraan dengan kecepatan sedang.

Selain untuk mengantisipasi jalanan yang berkelok menurun dan mendaki tajam serta jurang menganga di kiri kanan jalan yang cukup sempit, panorama alam sepanjang jalan tak mungkin dilewatkan. Khususnya petak-petak sawah terasering milik penduduk yang berada di kaki-kaki bukit sepanjang jalan.

Negeri Suah, jika dalam bahasa Indonesia berarti Negeri Bawah. Keberadaan Negeri Suah memang berada di sisi lembah kawasan hutan bukit barisan yang rimbun. Jumlah penduduk di Desa itu hanya sekitar 50 jiwa saja.

Di sana Anda bisa mamarkir kendaraan Anda di tempat yang disediakan. Angin semilir, kicau burung di hutan raya bukit barisan, deru sungai yang terdengar jelas ditambah tutur sapa warga yang ramah akan menyambut para pengunjung yang datang.

Di Negeri Suah, sejumlah spot wisata alam bisa dikunjungi dan dirasakan secara langsung. Yang cukup digemari yakni mandi atau berendam di sungai Lau Jabi.

Air sungai Lau Jabi terbilang unik, karena memiliki dua rasa, yakni panas dan dingin. Aroma panas yang dihasilkan berasal dari mata air panas Siburak yang berada tepat di bantaran Sungai yang keluar dan menyatu dengan air sungai Lau Jabi yang dingin. Mata air siburak menghasilkan sejumlah titik panas yang terus menerus menyemburkan belerang dalam jumlah kecil.

Dipercaya, mata air panas Siburak yang mengandung belerang dapat menyembuhkan sejumlah penyakit kulit. Siapapun yang menceburkan diri, dipastikan akan betah berlama-lama merendamkan badannya menikmati sensasi air panas dan dingin yang terasa silih berganti karena proses pencampuran yang alamiah.

Sembari merendamkan badan di air berwarna putih kehijauan akibat campuran belerang, keindahan Sungai Labu Jabi semakin cantik dengan tumbuhnya sejumlah pohon beringin di bantaran sungai. Tak salah, Sungai Lau Jabi juga dikenal dengan sebutan Sungai Beringin.

Batang pohon beringin itu diperkirakan berusia ratusan tahun. Satu pohon beringin menghasilkan puluhan cabang pohon sekaligus terlihat seperti akar pohon yang menancap ke dalam tanah.

Tak terlihat batang yang cukup dominan, menjadikan batang-batang beringin itu terlihat seperti sedang berbaris-baris.

Puas merendamkan diri dan menyaksikan keindahan panorama sungai Labu Jabi. Penjelajahan selanjutnya menuju air terjun Sikulapi berketinggian sekitar 30 meter yang berada di kaki Negeri Suah.

Menuju air terjun menempuh jalan setapak menurun sejarak 20 meter. Gemuruh tumpahan air jernih dan segar akan terdengar menantang untuk dinikmati. Aliran air terjun Sikulikap bermuara menyatu dengan aliran air Sungai Lau Jabi.

Di aliran air terjun Sikulikap, bila malam tiba, sejumlah warga kerap berburu kodok hijau berukuran raksasa. Menurut penuturan warga, kodok itu layak untuk disantap dan rasanya juga cukup menantang.

Dari air terjun Sikulikap, akan terlihat hamparan sawah terasering milik penduduk sekitar. Menambah sensasi keindahan alam Negeri Suah yang masih terbilang natural.

Tak jauh dari air terjun Sikulikap, dengan menempuh perjalanan setapak membelah areal persawahan, juga terdapat air terjun yang dikenal dengan air terjun Namo Percikuhen. Meski tidak setinggi Air Terjun Sikulikap, Namo Percikuhen memiliki keindahan yang tak kalah menarik.

Seperti lokasi-lokasi wisata lainnya, disarankan untuk tidak melakukan aktivitas asusila di Negeri Suah. Konon, Negeri Suah masih dipenuhi dengan sejumlah mitos-mitos yang cukup dipercaya warga setempat.

Misalnya, mitos tak boleh mandi di areal aliran sungai Lau Jabi yang bercampur dengan air panas Siburak. Menurut warga, kawasan itu adalah kawasan terlarang. Namun, lambat laun, mitos itu sudah mulai terkikis, dimana para pengunjung dan masyarakat setempat pun sudah menjadikannya sebagai lokasi wisata.

“Masyarakat disini masih menjaga kepercayaan dan mitos. Sebenarnya air panas itu pantang untuk mandi,” ujar Amran Barus, tokoh pemuda setempat.

Tak hanya itu, untuk menjaga ke-alamian Negeri Suah, agar selalu menjaga kebersihan dengan tidak sembarangan membuang sampah ke dalam sungai.

“Yang jelas kita berharap para pengunjung untuk selalu menjaga kesopanan dan kebersihan,” harapnya menutup pembicaraan.

Artikel ini ditulis oleh: