Surabaya, Aktual.com — Berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur serasa tidak lengkap jika Anda tidak singgah di wisata Bangsring Under Water (Bunder) di Dusun Krajan, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo yang berjarak sekitar 27 kilometer dari Kota Banyuwangi.
Para wisatawan tidak lantas hanya disuguhi pemandangan wisata bahari berupa terumbu karang di dasar laut, melainkan pengunjung bisa melihat anak ikan hiu sirip hitam berukuran sekitar 30 cm hingga 50 cm yang sudah dijinakkan. Puluhan anak ikan hiu itu dikurung dalam karamba di samping rumah apung yang disediakan pihak pengelola wisata Pantai Bangsring.
Bahkan pengunjung juga bisa singgah di rumah apung, snorkling (selam permukaan), diving (menyelam), renang bersama anak ikan hiu serta memberi makan ikan laut liar yang ada di Selat Bali.
Rumah apung itu yang berjarak sekitar 20 meter dari bibir pantai. Di rumah apung itu juga terdapat keramba yang berukuran 3×3 meter yang berisi berbagai macam ikan yang berada di seputaran Pantai Bangsring. Untuk menuju ke rumah apung, wisatawan bisa menggunakan perahu yang disediakan pengelola dengan membayar Rp5 ribu. Sedangkan untuk sewa snokel Rp25 ribu dan pelampung Rp10 ribu.
“Ini dahulunya daerah rawan kerusakan terumbuh karang. Mulai zaman pak Anas (Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas) kerusakan tersebut bisa diatasi dan sekarang sudah banyak kemajuan di sini,” demikian kata Kepala Seksi Adat dan Budaya Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemkab Banyuwangi, Aekanu, beberapa waktu yang lalu.
Menurut dia, atas keberhasilan Pemkab Banyuwangi mengubah Pantai Bangsringan menjadi indah, pengunjung bisa menikmati eksotisme pemandangan bawah laut yang dipenuhi dengan terumbu karang dan aneka ikan hias.
“Eksotisme pemandangan bawah laut itu bisa dinikmati di kedalaman 50 cm,” katanya.
Ia mengatakan, tidak ada biaya yang ditarik kepada wisatawan yang akan masuk ke Pantai Bangsring. Wisatawan hanya akan dibebankan biaya sewa peralatan snorkeling dengan biaya yang sangat terjangkau.
Aekanu mengatakan Bangsring Under Water dikelola oleh kelompok nelayan Bangsring Samudra Bakti. Sebagaian besar nelayan tersebut adalah nelayan ikan hias yang pernah menangkap ikan menggunakan potas dan bom sehingga merusak terumbu karang yang berada di sekitar Pantai Bangsring.
Penangkapan ikan menggunakan potas dan bom tersebut dilakukan secara turun temurun selama berpuluh-puluh tahun. Sehingga kondisi perairan di sekitar lokasi itu rusak parah. Hingga akhirnya muncul kesadaran dari para nelayan untuk menangkap ikan dengan cara ramah lingkungan serta memperbaiki terumbu karang yang rusak dengan membuat apartemen ikan serta tranplantasi terumbu karang.
Perjuangan para nelayan Pantai Bangsring sejak tahun 2008 akhirnya membuahkan hasil. Terumbu karang mulai tumbuh subur di wilayah yang telah menjadi wilayah konservasi. Pengunjung pun mulai berdatangan untuk menikmati keindahan panorama bawah laut yang ada di Selat Bali tersebut.
Termasuk juga ketika kelompok nelayan mendapatkan bantuan berupa rumah apung yang dijadikan sebagai sarana pembelajaran masyarakat untuk mencintai lingkungan laut.
“Di sini berkembang ikan hias yang menjadi salah satu pendapatan warga setempat,” katanya.
Kebanyakan pengunjung yang datang ke lokasi itu dari luar kota. Pada hari libur seperti Minggu, pengunjung bisa mencapai 1.000 orang. “kalau hari-hari biasa yang gak sampai seratus orang,” katanya.
Bahkan untuk ke depannya, lanjut dia, Pemkab Banyuwangi akan menyediakan pramuwisata atau pemandu Wisata untuk menjelaskan seputar karang, ikan dan apa saja yang ada di pantai Bangsring.
Berenang Bersama Hiu Sementara itu, salah seorang pengunjung Destiyan mengaku sempat takut jika masuk ke dalam karamba karena khawatir digigit hiu. Namun pihak pengelola mengizinkan para pengunjung dari anak-anak sampai dewasa masuk ke dalam karamba untuk memegang langsung anak ikan hiu.
“Kadang-kadang anak ikan hiu itu sempat nyenggol saya. Tapi ini pengalaman saya bisa renang bersama hiu,” katanya.
Anak ikan hiu itu terlihat aktif berputar-putar mencoba menabrak tubuh para pengunjung yang masuk ke karamba. Hal itu sempat� membuat kaget sejumlah pengunjung yang masuk karamba.
Selain itu, Basring mempunya pemandangan terumbu karang yang cantik, ikan-ikan kecil warna-warni berenang bebas di sekitarnya. Beberapa terumbu karang terlihat seperti baru ditanam.
“Seru juga berenang mendekati gunung karang,” katanya.
Salah seorang pengelola Bangsring Under Water Arief mengatakan untuk menyeburkan diri ke dalam kolam penakaran hiu pun harus perlahan tidak boleh loncat agar tidak mengagetkan ikan hiu yang ada di dalam kolam tersebut.
“Setelah masuk ke dalam kolam penakaran, tenang, jangan panik dan jangan bergerak mendadak,” katanya.
Arief mengatakan awalnya hiu-hiu di karamba itu didapat dari jaring nelayan setempat dan mengalami luka karena terkena jaring. Hiu-hiu itu mempunyai sirip hitam dan diperkirakan dari famili Carcharhinidae. Mereka sering dijumpai di perairan tropis dan nontropis di seluruh dunia.
Untuk menyelamatkan para hiu tersebut, kata dia, para nelayan memutuskan merawat hiu itu sementara di karamba. Nanti hiu tersebut dilepas kembali kalau sudah sembuh.
“Awalnya, ya kami hanya selamatkan hiu-hiu itu. Tapi, ternyata banyak pengunjung yang suka dan ingin melihat mereka dari dekat. Nanti kalau hiu itu sudah sembuh, akan kami lepas lagi,” katanya.
Adapun akses menuju ke pantai Bunder Basring dari Kota Banyuwangi menuju Pantai Bunder cukup mudah, dengan kendaraan pribadi pengunjung hanya menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam.
Rutenya dari kota Banyuwangi ambil arah jalan menuju ke Pelabuhan Ketapang. Setelah melewati Pelabuhan Ketapang, ambil jalan terus ke arah Situbondo, nanti akan melewati Pantai Watudodol-Patung Gandrungnya lalu melewati Penyebrangan ke Pulau Tabuhan dan Menjangan.
Setelah melewati itu akan dijumpai SPBU di kiri jalan lalu tikungan kecil akan ada jalan masuk kecil di sebelah kanan kecil dengan tulisan Basring Under Water. Masuk jalan tersebut sampai bertemu dengan parkiran pantai Bunder.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara