Vatikan, Aktual.com – Paus Leo XIV menyerukan gencatan senjata segera di Gaza setelah serangan udara Israel menewaskan dua orang di sebuah gereja Katolik di daerah kantong yang biasa berkomunikasi dengan mendiang Paus Fransiskus setiap malam untuk mendapatkan informasi terkini tentang konflik di Gaza.
Dilansir dari The National, 14 orang terluka dalam serangan militer zionis terhadap Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza, termasuk pendeta paroki Pastor Gabriel Romanelli. ”Yang Mulia Paus Leo XIV sangat berduka atas hilangnya nyawa dan cedera yang disebabkan oleh serangan militer terhadap Gereja Katolik Keluarga Kudus di Gaza,” demikian pernyataan yang dikeluarkan melalui Sekretaris Negara Vatikan, Pietro Parolin, Kamis (17/7).
”Yang Mulia Paus kembali menyerukan gencatan senjata segera dan menyampaikan harapan mendalamnya untuk dialog, rekonsiliasi, dan perdamaian abadi di kawasan ini.”
Menurut Patriarkat Latin Yerusalem, dua orang tewas dan gereja mengalami kerusakan parah dalam serangan itu. ”Mereka menargetkan situs suci yang saat ini menampung sekitar 600 orang pengungsi, yang mayoritas adalah anak-anak dan 54 orang berkebutuhan khusus. Ini adalah pelanggaran berat terhadap martabat manusia, dan pelanggaran terang-terangan terhadap kesucian hidup dan kesucian situs-situs keagamaan,” tegas Patriarkat Yerusalem.
Dilaporkan kalau pengeboman militer Israel tersebut menghancurkan sebagian besar kompleks. Akibatnya mereka yang berkebutuhan khusus terpaksa mengungsi dari area tersebut, beberapa di antaranya tidak dapat menerima respirator yang mereka andalkan untuk bertahan hidup.

Pastor Carlos Ferrero, seorang pendeta di gereja tersebut, mengonfirmasi kepada The National bahwa dua orang telah meninggal dunia dan 14 orang lainnya terluka, termasuk Pastor Paroki Fr. Gabriel Romanelli yang juga menderita luka pada kaki.
Pihak militer Israel sendiri mengaku ”mengetahui laporan mengenai kerusakan” pada gereja dan adanya korban jiwa. ”Keadaan insiden sedang ditinjau,” kata pihak militer Israel. Mereka mengklaim kalau pihaknya telah melakukan ”segala upaya yang memungkinkan untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil dan bangunan sipil, termasuk tempat-tempat ibadah.”
Sementara Kementerian Luar Negeri Israel mengeluarkan pernyataan di platform pada X yang mengatakan ”hasil penyelidikan akan dipublikasikan secara transparan.”
”Israel tidak pernah menargetkan gereja atau situs keagamaan, dan menyesalkan segala bentuk kerusakan yang terjadi pada situs keagamaan atau warga sipil yang tidak terlibat,” kata militer Israel.
Gereja Dibombardir 15 Menit Setelah Ibadah
Seorang saksi mata, Suster Nabila Saleh, yang memimpin Sekolah Suster Rosario di kompleks gereja tersebut, sebelum kesehatannya yang buruk memaksanya meninggalkan wilayah itu tahun lalu, mengatakan kepada The National bahwa Israel membombardir gereja secara langsung.
Suster Nabila yang kini berada di Yordania mengatakan dia sudah berbicara dengan seorang pendeta paroki di Gaza pada Kamis pagi (17/7) yang mengonfirmasi serangan dan adanya korban jiwa serta luka dalam serangan itu.
Sebelumnya, Suster Nabila mengatakan kepada The National bahwa mendiang Paus Fransiskus biasa melakukan kontak komunikasi dengan gereja tersebut hampir setiap hari. Para pastor dan umat paroki mengatakan kunjungan tersebut berlangsung sekitar 15 menit, di mana Paus akan berbicara kepada para pemimpin gereja dan warga Palestina yang sedang berlindung di gereja.
Para saksi mata lainnya mengungkapkan, bahwa pengeboman mengatakan kepada The National bahwa gereja tersebut diserang 10 menit setelah peribadatan selesai. Seandainya terjadi lebih awal, kemungkinan akan ada lebih banyak korban jiwa, kata mereka. Tempat ibadah tersebut dianggap sebagai zona aman menurut hukum internasional.
”Seandainya mereka masih di dalam, kita pasti sudah menyaksikan pembantaian yang mengerikan,” kata Elyas Al Jelda, anggota Dewan Pembina Gereja Ortodoks Arab di Gaza. ”Serangan ini merupakan bagian dari serangan sistematis yang telah dihadapi gereja-gereja selama berbulan-bulan. Ini adalah upaya untuk menekan keluarga-keluarga Kristen agar pergi.”
Saksi lain menggambarkan suasana kacau saat tim tanggap darurat merespons serangan tersebut. Mohammed Saqqa Allah, seorang warga yang tinggal di dekat gereja, mengatakan ”sebagian besar korban luka adalah perempuan, orang-orang yang tidak terkait dengan konflik”.
Menurut Ismail Al Thawabta, direktur Kantor Media Pemerintah di Gaza, serangan itu adalah gereja ketiga yang melindungi warga sipil terlantar yang terkena serangan. ”Apa yang terjadi di gereja bukanlah sebuah kecelakaan, melainkan bagian dari strategi yang lebih luas dan disengaja untuk menghancurkan masyarakat Palestina, apa pun agamanya,” kata Ismail.
Serangan ini merupakan yang kedua kalinya kompleks Gereja Keluarga Kudus diserang oleh militer Israel sejak perang dimulai. ”Situasinya sangat mengerikan,” ujar Suster Nabila Saleh kepada The National . ”Saya tahu situasinya buruk karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk merespons akibat pengeboman tersebut.”
Sementara itu, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan: ”Serangan terhadap penduduk sipil yang telah dilakukan Israel selama berbulan-bulan tidak dapat diterima. Tidak ada tindakan militer yang dapat membenarkan perilaku tersebut.”
Gereja Katolik Roma sering menyerukan diakhirinya perang Gaza. Setidaknya 17 orang tewas dalam insiden terpisah pada Oktober 2023 ketika bom Israel menghantam Gereja Ortodoks Yunani bersejarah Santo Porphyrius di dekatnya.
(Indra Bonaparte)

















