Tim SAR gabungan membawa kotak berisi kotak hitam (black box) pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11/2018). Kotak hitam sebagai Flight Data Recorder (FDR) itu akan dibawa ke laboratorium KNKT untuk dilakukan investisigasi lebih lanjut. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) baru saja mencabut pernyataannya tentang kelayakan terbang pesawat Lion Air PK LQP dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (29/11).

Usai klarifikasi dari KNKT, giliran Asosiasi Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA) yang angkat bicara terkait ini.

Sekjen INACA, Tengku Buhanuddin pun membela maskapai Lion Air terkait jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, 29 Oktober lalu.

Ia meyakini jika pesawat PK LQP yang terbang dengan rute Jakarta-Pangkalpinang sudah layak terbang. Hal ini berdasar pada pengecekan di bandara.

“Kalau enggak layak terbang kaptennya enggak mau terbang dia enggak mau mati siapa mau mati, orang lupa pikir,” kata Tengku Tengku Burhanuddin saat ditemui di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (29/11).

Tengku menjelaskan yang menentukan layak atau tidak layak terbang itu teknisi dengan pilot pesawat tersebut. Sebuah proses pengecekan atau maintenance hanya akan menghasilkan dua rekomendasi untuk sebuah pesawat, laik atau tidak laik terbang.

“Kalau maintenance dapat lisensi bilang layak terbang, tidak boleh dikatakan tidak layak terbang. Dia mengatakan layak atau tidak layak dan Lion Air melakukannya setiap hari bukan ini saja, pesawat lainnya tidak apa-apa,” katanya.

Tengku menjelaskan apabila ada kerusakan saat pesawat sudah terbang, itu masalah lain dan wajar ditemukan. Ia pun menganalogikan pesawat dengan ponsel.

Selayaknya pesawat, jelasnya, sebuah ponsel bisa saja memang diproduksi kurang sempurna dari pabriknya.

Dalam hal itu, menurut Tengku, pilot lah yang memiliki hak untuk menentukan apakah pesawat harus balik ke bandara asal atau melanjutkan penerbangan.

“Pilot yang punya peranan dia yang tahu dia yang menjalani pesawat, dia mengatakan mau kembali atau terus dia yang menjalankan dia lebih tahu ternyata dia terbang langsung sampai ke tujuan kita enggak bisa intervensi pilot. Kenapa enggak gak kembali ya kenapa harus kembali kalau saya bisa terus, kita enggak bisa intervensi, “katanya.

Untuk itu, Ia meminta Boeing untuk menjelaskan masalah yang ada di pesawat tersebut.

“Boeing harus memberitahukan secara menyeluruh, kedua mungkin ada sesuatu kenapa masalah itu yang mesti kita tanya kenapa bisa rusak kalau diganti bisa diselediki dulu klo saya lihat pihak boeing harus bertanggung jawab juga dalam hal ini,” tutupnya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan