Putrajaya, Aktual.com – Setelah pertempuran melelahkan selama lima hari, akhirnya Kamboja dan Thailand sepakat melakukan gencatan senjata tanpa syarat. Gencatan senjata berlaku mulai Senin tengah malam (28/7) pukul 24.00 waktu setempat, atau tepat ketika memasuki hari Selasa (29/7).
Pertemuan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet dan Pelaksana Tugas (Plt) PM Thailand Phumtham Wechayachai digelar di Kota Putrajaya Malaysia. Pertemuan tersebut difasilitasi PM Malaysia Anwar Ibrahim.
Kedua negara yang berseteru itu sepakat melakukan gencatan senjata tanpa batas waktu yang ditentukan. Untuk selanjutnya dua negara tersebut mengedepankan dialog untuk mencari solusi damai.Kamboja dan Thailand juga sepakat untuk melanjutkan pertemuan yang disebut ”Komite Perbatasan Umum” pada Senin (4/8) nanti di Kamboja.
”PM Kamboja Hun Manet dan Plt PM Thailand Phumtham Wechayachai telah menyatakan posisi dan kemauan mereka untuk segera melakukan gencatan senjata, dan kembali normal. Presiden AS Donald Trump telah berkomunikasi dengan pemimpin kedua negara yang mendesak para pemimpin untuk menemukan resolusi damai dalam konflik ini,” papar PM Malaysia Anwar Ibrahim dalam konferensi pers bersama dengan PM Hun Manet dan Plt PM Phumtham Wechayachai, di Kota Putrajaya, Senin malam (28/7).
Dijelaskan Anwar Ibrahim, sebelum pertemuan tersebut, pihak China juga terus berkomunikasi dengan pihak Kamboja, Thailand, dan Malaysia, dan negara-negara terkait untuk secara aktif mempromosikan dialog gencatan senjata dan memulihkan perdamaian.
”Kehadiran dan kolaborasi semua pihak menggaris bawahi komitmen bersama untuk perdamaian, dialog dan stabilitas regional. Baik Kamboja maupun Thailand, mencapai pemahaman yang sama, sebagai berikut, gencatan senjata segara dan tanpa syarat, dengan efek dari 24 jam waktu setempat, tengah malam pada 28 Juli 2025. Malam ini,” tegas Ibrahim.
Sedangkan dilansir dari Al Jazeera, Anwar Ibrahim juga mengatakan kalau pertemuan dua pemimpin dari kedua negara akan disusul pertemuan para komandan militer Kamboja dan Thailand. ”Ini adalah langkah awal yang vital menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian dan keamanan. Pertemuan antara komandan militer kedua negara akan menyusul pada hari Selasa,” kata Ibrahim.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah perundingan selesai, Malaysia, Thailand, dan Kamboja mengatakan menteri pertahanan masing-masing ”telah diinstruksikan untuk mengembangkan mekanisme terperinci untuk implementasi, verifikasi, dan pelaporan gencatan senjata”.
Sementara itu, masih di lokasi yang sama, PM Kamboja Hun Manet mengatakan: ”Hari ini kami mengadakan pertemuan yang sangat baik dan hasil yang sangat baik, yang berharap untuk segera menghentikan pertempuran yang telah menyebabkan banyak nyawa melayang, cedera, dan juga menyebabkan pengungsian.”
”Kami berharap solusi yang baru saja diumumkan oleh Perdana Menteri Anwar akan menjadi prasyarat bagi kemajuan diskusi bilateral kita untuk kembali ke normalisasi hubungan, dan sebagai landasan bagi de-eskalasi kekuatan di masa mendatang,” kata Hun Manet lagi.
Sedangkan Plt PM Thailand Phumtham Wechayachai mengatakan, Thailand telah menyetujui gencatan senjata yang akan dilaksanakan dengan sukses dengan itikad baik oleh kedua belah pihak.
Sementara itu, dilansir dari situs resmi Departemen Luar Negeri AS, State.gov, disebutkan kalau pemerintah AS berterimakasih kepada PM Malaysia Anwar Ibrahim atas upayanya menyelenggarakan perundingan gencatan senjata.
”Presiden Trump dan Saya (Menlu AS Marco Rubio) berkomitmen untuk segera menghentikan kekerasan dan berharap pemerintah Kamboja dan Thailand sepenuhnya menghormati komitmen mereka untuk mengakhiri konflik ini. Kami berterima kasih kepada PM Malaysia Anwar Ibrahim atas kepemimpinannya, dan atas penyelenggaraan perundingan gencatan senjata,” demikian disampaikan situs tersebut.
”Kami mendesak semua pihak untuk menindaklanjuti komitmen mereka. Amerika Serikat akan tetap berkomitmen dan terlibat dalam proses yang diorganisir AS-Malaysia ini untuk mengakhiri konflik ini.”
Untuk diketahui, dalam pertempuran selama lima hari yang dimulai pada Kamis pagi (24/7), tercatat 35 orang tewas. Dari pihak Thailand diketahui 22 orang tewas, dengan rincian 14 warga sipil dan 8 serdadu tewas. Dari Pihak Kamboja diketahui 13 orang tewas, dengan rincian 8 warga sipil dan 5 serdadunya tewas.
Thailand dan Kamboja saling menyalahkan atas konflik perbatasan yang meletus, yang bermula dari perselisihan mengenai peta era kolonial, telah menyebabkan lebih dari 270 ribu orang mengungsi dari kedua sisi perbatasan darat Thailand-Kamboja sepanjang 817 km, demi menjauhi lokasi pertempuran.
(Indra Bonaparte)

















