Jakarta, Aktual.com- Mantan Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, sekaligus Pengamat Ekonomi dan Energi dari UGM, Fahmy Radhi menyatakan apa yang disepakati oleh Menteri ESDM, Ignasius Jonan dengan Kepala SKK Migas, Amien Suharyadi untuk meningkatkan lifting, merupakan suatu yang tidak realistis.
Dia melihat target 852.000 barel oil per day (Bopd) hanya sebatas angka yang ditujukan untuk menyenangkan Presiden Jokowi semata, angka tersebut bukan berdasarkan perhitungan strategi kepentingan migas nasional.
“Kesepakatan target lifting 852.000 Bopd tidak realistis, bahkan target APBN 815.000 Bopd saja, sulit dicapai. Kesepakatan taget lifting antara Jonan dan Amien di atas target APBN tanpa pijakan, hanya semata untuk menyenangkan Jokowi, yang gandrung dengan angka-angka,” ujarnya kepada Aktual.com, Minggu (18/12)
Adapun alasannya menurut dia, para KKKS masih terpukul secara finansial faktor anjloknya harga minyak dunia dalam beberapa tahun belakang ini, bahkan banyak perusahaan yang menghentikan aktifitasnya.
Kemudian, kalaupun dalam waktu akhir-akhir ini harga minyak dunia mulai meningkat hingga diatas USD 50 per barel, namun bukan berarti dampak positifnya kepada lifting dapat dirasakan dalam jangka waktu singkat.
“Di tengah kecenderungan penurunan harga minyak selama 2016, kontraktor mengurangi bahkan menghentikan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi Migas, sehingga penurunan produksi akan dirasakan pada 2017. Kalau 3 bulan terakhir harga minyak cenderung naik hingga di atas USD 50, pengaruhnya terhadap lifting baru dirasakan pada 2018-2019,” tandasnya.
Sebelumnya, kendati di APBN 2017 Target lifting 815.000 Bopd, atau lebih rendah dibanding tahun ini sebesar 820.000 Bopd, namun Menteri Jonan bersama Kemala SKK Migas membuat kesepakatan target lifting menjadi 852.000 Bopd.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby