Jakarta, Aktual.co — Kebijakan untuk menangani persoalan di Papua kerap ambigu, terutama ketika menghadapi Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dan sepertinya, ada perbedaan treatment ketika menghadapi teroris yang ada di daerah lain, dengan cap agama tertentu.
Demikian disampaikan pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati. Pernyataan Susaningtyas ini terkait dengan kesiapan Mabes TNI mengikuti semua kebijakan politik yang direncanakan Pemerintah, termasuk dengan rencana dialog antara pemerintah pusat dengan berbagai kelompok masyarakat di Papua, yang juga bahkan mau melibatkan kelompok-kelompok separatis yang ada di Papua dan luar negeri.
Susaningtyas mengingatkan, pemerintah dan aparat harus berhati-hati kepada tindakan desepsi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok gelap. Untuk mengatasi persoalan Papua ini, perlu juga pendekatan dari sisi budaya dan ekonomi, dari hulu sampai hilir. Hulu persoalannya adalah masalah kesejahteraan atau ekonomi, yang kemudian menjadi embrio persoalan.
Susaningtyas juga mengingatkan, adalah tidak bijak bila pendekatan yang digunakan melulu berkelindan dalam domain keamanan saja. Pertanyaan yang juga harus dijawab, apalah misalnya LSM-LSM maupun kekuatan politik lokal yang mungkin saja memiliki kekuatan intelijen sandhiyudha di Papua apa sudah diadakan treatment. Lalu bagaimana dengan rolling prajurit di papua.
“Berapa bulan sekali? Karena secara psykologis mereka juga harus dilihat. Belum lagi HIV dan Malaria yang menyerang prajurit. Data perbandingan antara jumlah TNI dan separatis setiap berapa waktu diupdate? Darimana senjata yang dimiliki sipil?” tegas Nuning, begitu Susaningtyas disapa. Secara geopolitik dan geososial, Nuning melanjutkan, Papua berbeda dengan Timtim maupun Aceh. Di Timtim misalnnya ada tokoh sentral seperti Xanana Gusmao maupun Jose Ramos-Horta. Pun demikian di Aceh ada Teuku Hasan Tiro.
“Di Papua, bila kita dalam posisi ambigu melakukan pendekatan ke tokoh-tokoh separatis belum tentu selesaikan masalahnya. Karena geoculture di Papua wilayah pantai dan pegunungan berbeda sekali. Mereka punya tokoh adatnya masing-masing,” tegas Nuning. Nuning menilai kompleksitas persoalan tentang Papua memang memprihatinkan. Termasuk di dalamnya terdapat aksi-aksi kekerasan bersenjata terhadap aparat dan warga sipil. Karena itu, perlu diadakan pembahan bersama jajaran Polhukam untuk menginisiasi gagasan baru dalam rangka mencari solusi komprehensif tentang masalah Papua, secara damai dan bermartabat dalam bingkai.
Editor: Fahad Hasan
Artikel ini ditulis oleh:

















