Jakarta, Aktual.com — Menteri ESDM Sudirman Said diminta sadar diri untuk tidak lagi menghujat atasannya Menko Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli soal pengembangan blok Masela, di Maluku.

(Sudirman: Ada Kolega yang Ganggu Kinerja Saya, Apakah Rizal Ramli?)

Pasalnya pengembangan yang ditawarkan Menteri Rizal untuk menggunakan pengembangan kilang LNG di darat atau onshore dianggap lebih murah dan efisien.

“Rizal sudah mengeluarkan kajian mengenai cost and benefit pengusahaan Blok Masela di darat atau di laut. Kesimpulannya, skema onshore lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara. Kenapa diributkan lagi?” terang pengamat sumber daya alam dari Universitas Tarumanegara, Ahmad Redi kepada Aktual.com, Senin (29/2).

Dengan kajian yang berbasis scientific itu, kata dia, sebaiknya saat ini yang diributkan bukan soal pilihan-pilihan tersebut. Justru Menteri Sudirman harus lebih dewasa mengakui bagaimana ke depannya pengembangan skema onshore tersebut.

“Tapi dia malah banyak menghujat yang justru lebih mengarah kepada pembunuhan karakter,” cetusnya.

Karena yang terpenting itu, kata dia, bagaimana penanganan Blok Masela ini bermanfaat untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk itu, soal siapa pengembangannya pum mestinya sangat lebih baik kalau dikelola dari komponen bangsa itu sendiri.

Mestinya pembahasan ke depan, dari skema onshore itu bagaimana langkah-langkah nantinya. Sehinga pada akhirnya blok Masela bisa dimanfaatkan secara optimal bagi masyarakat, terutama masyarakat sekitar wilayah pengusahaan tersebut.

“Bukan hanya menghujat saja kerjanya,” sindir dia.

Konflik tersebut mestinya diselesaikan saja di internal sidang kabinet. “Karena perbedaan pendapat yang mengarah pada saling hujat tidak perlu dilakukan,” tegasnya.

Senelumnya, Rizal selalu mendukung pengembangan kilang LNG Blok Masela dengan skema onshore, karena dinilai lebih murah dan memberi dampak ekonomi luas bagi kawasan sekitar blok tersebut.

Namun langkah itu ditentang oleh Sudirman yang ngotot ingin menggunakan skema offshore atau skema fasilitas kilang gas alam cair terapung (FLNG).

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan