Jakarta, Aktual.com – Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio memperkirakan program pembangunan pembangkit listrik berdaya 35.000 MW hanya terealisasi 30 persen sampai 2019-2020.

“Selesai 30 persen atau 10.000 MW saja, itu sudah bagus,” katanya di Jakarta, Rabu (31/8).

Menurut dia, sejak awal, dirinya sudah meragukan proyek 35.000 MW bakal selesai sesuai target pada 2019-2020.

Ia mengatakan, kendala penyelesaian proyek 35.000 MW tidak hanya soal pembebasan lahan dan regulasi, namun juga disebabkan PT PLN (Persero) kurang berminat membangun jaringan transmisi dan distribusi.

“Banyak PLTMH dan PLTA di Indonesia timur seperti Sulawesi terkendala ketiadaan transmisi, karena jaraknya memang jauh dari ‘grid’ (kabel) PLN,” ujarnya.

Ditambah lagi, lanjut Agus, sejumlah tender proyek pembangkit yang dilakukan PLN mengalami permasalahan, sehingga harus diulang atau diperpanjang yang menghambat penyelesaian program 35.000 MW.

“Jadi, saya pikir selesai 10.000 MW sudah top,” ucapnya, menegaskan.

Hal senada dikemukakan pengamat energi dari ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro. Menurut dia, hingga kini, belum ada terobosan-terobosan berarti yang dilakukan PLN maupun pemerintah untuk mempercepat penyelesaian proyek 35.000 MW.

“Sejak awal saya sudah menyampaikan bahwa program ini butuh terobosan dan proses bisnis yang tidak biasa. Hanya saja, sejauh ini saya mencermati apa yang dilakukan pemerintah dan PLN masih pendekatan bisnis biasa,” ujarnya.

Komaidi juga sependapat bahwa PLN harus memperbaiki pelaksanaan tender pembangkit, sehingga tidak menyebabkan mundurnya jadwal penyelesaian proyek 35.000 MW.

“Mundurnya tender jelas akan berdampak terhadap tidak tercapainya target pengerjaan 35 ribu MW,” imbuhnya.

Ia juga meminta PLN tidak terlalu fokus pada pengadaan energi primer, hingga melupakan bisnis inti yakni pembangkitan dan transmisi.

“Energi primer memang penting, tetapi jangan sampai melupakan ‘core bussiness’-nya,” tutur Komaidi.

Sejumlah tender proyek 35.000 MW bermasalah tersebut antara lain PLTU Jawa 5 berkapasitas 2×1.000 MW yang dibatalkan PLN setelah proses berjalan lebih dari satu tahun dan sudah mendekati tahap akhir.

Lalu, PLTU Jawa 7 berkapasitas 2×1.000 MW yang sudah ditender sejak 1 Desember 2014, serta PLTU Sumsel 9 berdaya 2×600 MW dan Sumsel 10 berdaya 1×600 MW yang proses tendernya sudah berlangsung hingga dua tahun.

Selanjutnya, PLTMG Pontianak 100 MW dan PLTG Scattered 180 MW yang mengalami perpanjangan masa tender, karena tidak ada peserta yang memasukkan dokumen penawarannya.

Demikian pula, PLTG Riau 250 MW dan PLTGU Jawa 1 berdaya 1.600 MW mengalami penundaan jadwal tender.

Program 35.000 MW mencakup 109 proyek yang terdiri atas 35 pembangkit dikerjakan PLN dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 proyek oleh swasta (independent power producer/IPP) dengan total kapasitas 25.904 MW.

Berdasarkan data PLN hingga kuartal pertama 2016, kapasitas pembangkit yang sudah dibangun 397 MW atau masih 1,1 persen dari total target 35.000 MW.

Lalu, tahap konstruksi mencapai 3.862 MW atau 10,9 persen, perencanaan 12.226,8 MW atau 34,4 persen, pengadaan 8.377,7 MW atau 23,6 persen, dan kontrak jual beli (power purchase agreement/PPA) 10.941 MW atau 30,8 persen.

Demikian pula, PLN baru membangun 2.712 km transmisi dari target 46.597 km pada periode sama.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan