Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (12/5) pagi bergerak melemah 53 poin atau 0,35 persen menjadi Rp14.948 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.895 per dolar AS.
Dolar AS, yang biasanya berfungsi sebagai investasi safe-haven, menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), bahkan ketika investor menambahkan risiko pada portofolio mereka, membeli saham AS dan menjual obligasi pemerintah.
Para investor memiliki ekspektasi risiko yang beragam, dengan peringatan akan adanya gelombang kedua infeksi COVID-19 ketika lebih banyak negara mengurangi pembatasan penguncian atau lockdown.
Jerman melaporkan pada Senin (11/5/2020) bahwa infeksi virus corona baru melaju secara eksponensial setelah langkah-langkah awal untuk melonggarkan pengunciannya, berita yang terdengar sebagai tanda bahaya global bahkan ketika bisnis mulai dari salon rambut Paris hingga Disneyland Shanghai dibuka kembali. Infeksi Korea Selatan juga naik lagi ke level tertinggi satu bulan.
Jepang mengatakan pada Senin (11/5/2020) bahwa pihaknya dapat mengakhiri keadaan darurat di banyak daerah minggu ini dan Selandia Baru mengatakan mereka dapat mengurangi pembatasan pada Kamis (14/5/2020). Inggris juga telah menetapkan rencana untuk melonggarjkan penguncian, sementara toko-toko di Prancis dibuka kembali pada Senin (11/5/2020).
“Kekhawatiran pasar akan pembukaan kembali ekonomi terlalu cepat yang mengakibatkan gelombang virus lainnya akan terus membuat investor berhati-hati,” tulis analis di Action Economics.
Namun, “Ini bukan lingkungan risk-off (penghindaran risiko) klasik,” kata Axel Merk, presiden dan kepala investasi di Merk Investments.
Di satu sisi, Merk mencatat, ada bukti langkah risk-off. Indeks dolar yang mengukur mata uang terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, menguat 0,37 persen menjadi 100,16. Franc Swiss, tempat berlindung yang aman, naik terhadap euro ke level tertinggi lebih dari dua minggu.
Sementara itu, yen Jepang, taruhan safe-haven klasik, secara luas lebih lemah. Terhadap dolar, yen terakhir melemah 0,93 persen di 107,62 dan juga 0,69 persen lebih lemah terhadap euro, di 116,38. Harga obligasi pemerintah AS, yang juga merupakan aset berkualitas tinggi yang mendapat manfaat pada saat krisis, turun dan imbal hasilnya naik karena permintaan turun.