Petani memanen cabai di Desa Boyantongo, Paigi Selatan, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Selasa (4/4). Harga cabe di daerah itu masih terbilang masih tinggi, yaitu sekitar Rp70 ribu per kilogram di tingkat petani dan Rp90-Rp100 ribu per kilogram di tingkat pengepul akibat kurangnya pasokan karena cuaca yang tidak menentu. ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar/kye/17.

Jakarta, Aktual.com – Petani di Indonesia selama ini masih mengalami berbagai hambatan dalam mengembangkan usahanya. Mulai perubahan iklim, serangan hama, penyakit tanaman, akses pasar hingga permainan harga oleh tengkulak serta kurangnya penerapan pola diversifikasi tanaman.

Untuk itu, PT East West Seed Indonesia (Ewindo) merilis Sistem Aplikasi Petani Indonesia (Sipindo) berbasis Android guna medukung kemajuan sektor pertanian di Indonesia.

Peluncuran Sipindo atas bekerjasama dengan lembaga nirlaba Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (PRISMA).

“Aplikasi ini diharapkan dapat memudahkan para pemangku kepentingan di sektor pertanian hortikultura khususnya para petani,” ujar Managing Director Ewindo, Glenn Pardede, di Jakarta, Kamis (27/4).

Dalam pengembangannya, Ewindo bersinergi dengan stakeholder terkait mulai dari pemerintah, swasta hingga lembaga nirlaba asing yang memiliki kesamaan visi untuk mendukung kemajuan industri pertanian khususnya sektor hortikultura di Indonesia.

“Pada tahap awal aplikasi ini, kami akan menyasar kepada 1.000 petani, diharapkan dalam tiga tahun ke depan dapat menyasar 10.000 petani,” kata Glenn.

Diharapkan kehadiran Sipindo bisa memberikan jawaban dan membantu petani dalam menyelesaikan masalah yang sering dihadapi. Fitur-fitur yang disajikan juga secara realtime dan akurat sehingga petani bisa langsung mengakses informasi yang dibutuhkan.

Dari profil petani di wilayah lain, harga dan tren permintaan komoditas di pasaran, tata cara penanganan hama dan penyakit tanaman, pola dan musim tanam, estimasi waktu panen dan perkiraan jumlah produksi hingga prakiraan iklim dan cuaca.

Selain itu juga terdapat forum jual-beli hasil panen dari pedagang pasar tradisional hingga retail modern untuk mengantisipasi permainan harga oleh para tengkulak.

“Petani juga dapat mengetahui tingkat kesuburan tanah agar lebih hemat dalam menggunakan pupuk,” jelasnya.

Manajer Portfolio PRISMA, Prajwal Shahi menambahkan, aplikasi Sipindo selain diakses petani juga bisa diakses mitra penyuluh dan pedagang. Keuntungan bagi mitra penyuluh adalah mendapatkan informasi yang dibutuhkan petani.

“Sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam menganalisa suatu masalah yang dihadapi dengan solusi yang cepat. Sedang bagi pedagang, bisa dimanfaatkan untuk mencari dan membeli produk-produk pertanian sesuai kebutuhan mereka,” jelasnya.

Berdasar data Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), persentase pertumbuhan agribisnis hortikultura terutama sayuran pada tahun 2017-2018 diperkirakan akan mencapai 4,7 persen hingga 16,1 persen.

Nilai agribisnis produk sayuran di Indonesia ditaksir mencapai Rp 112 triliun, termasuk perkiraan sekitar US$ 421 juta adalah produk impor.

Faktor pendorong pertumbuhan utamanya adalah dari sisi permintaan dengan faktor utama pertumbuhan masyarakat perkotaan yang saat ini telah mencapai 56% dari total penduduk dan pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Selain Glen dan Prajwal, hadir dalam acara itu Sales and Marketing Director Afrizal Gindow, Sekertaris Ditjen Hortikultura Kementan Sri Wijayanti Yusuf, pelaku usaha makanan dan perwakilan petani dari seluruh Indonesia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh: