Halusinasi Boedi-Ani
Sihir berdampak sistemik yang ditebar duet Boediono dan Ani ini sebetulnya halusinasi belaka. Data-data yang ada justru menunjukkan sebaliknya. Dana pihak ketiga di Bank Century hanya 0,68 persen dari total dana di perbankan. Begitu juga dengan kredit yang disalurkannya cuma Bank Century 0,42 persen dari total kredit perbankan.
Bahkan asetnya tidak sampai 1 persen, tepatnya hanya 0,72 persen dari aset perbankan.
Bicara soal CAR, pada November 2008 perbankan nasional punya CAR rata-rata 12 persen lebih. Memang ada tiga bank yang di bawah 8 persen, yaitu batas minimal minimum untuk bailout.
Namun ketiganya adalah bank skala kecil. Tapi anehnya Pemerintahhanya menyelamatkan Bank Century, yang per 30 September CAR-nya 2,35 persen. Salah urus membuat CAR bank Century terus terjun, dan berada di posisi minus 3,5 persen saat bailout dilaksanakan. Bahkan internal BI sendiri pun berpendapat penutupan Bank Century sama sekali tidak berdampak sistemik.
Di persidangan, Halim Alamsyah yang ketika itu menjadi Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) bersaksi, dia pernah diperintah membuat analisis dampak sistemik Bank Century dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, 13 November 2008.
Hasil analisisnya menyebutkan Bank Century sama sekali tidak berdampak sistemik. Pasalnya, ukuran Bank Century relatif kecil dalam perekonomian. Peran dalam pemberian kredit pun relatif kecil. Begitu juga dengan keterikatan dengan sektorriil. Singkat kata, secara keseluruhan menunjukkan Bank Century adalah Liliput di negeri Guliver.
Selain itu, audit internal BI uga mengaku langsung bergerak begitu mengendus adanya kejanggalan tersebut. Namun, menurut saksi Wahyu yang saat itu menjabat Direktur Audit Internal BI, dia malah dimarahi Boediono saat melaporkan kejanggalan tadi.
Berdasarkan fakta tersebut, tampak jelas bahwa Ani dan Boediono sekadar mencari-cari alasan untuk menggelontorkan dana sangat besar ke Bank Century. Kalau pun pada akhir 2008 perbankan nasional mengalami kesulitan likuiditas, itu bukan karena pengaruh krisis global. Sejatinya, hal itu disebabkan kebijakan pengetatan moneter yang dilakukan Gubernur BI dan pengetatan fiskal oleh Menkeu.
Artikel ini ditulis oleh: