Jakarta, Aktual.com — Wakil Ketua I Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten, Yayah Rukhiyah, M.Pd., mengatakan faktor utama meningkatnya kasus pelecehan seksual adalah pemakaian ‘smartphone’ yang memberikan kemudahan mengakses tayangan pornografi.
“Tentu saja ada beberapa faktor, terutama adalah ‘gadget’, karena terlalu sering menonton hal-hal yang berbau pornografi akhirnya mendorong untuk melakukan pelecehan semacam itu. Dan yang kedua karena pelaku memang mengalami kelainan seksual,” kata Yayah, kepada pewarta berita, di Jakarta, Jumat (22/01).
Diberitakan sebelumnya, Selasa (12/1), masyarakat kembali dihebohkan dengan ditangkapnya seorang pria (70) asal Australia di Bali karena melakukan kekerasan seksual yang jumlah korbannya sedikitnya 15 orang dan diduga akan bertambah. Korbannya adalah anak-anak yang rata-rata berumur 10 tahun.
Selain itu, pada Kamis (21/1), di Depok Jawa Barat, pelecehan seksual dialami oleh remaja perempuan ‘FS’ karena berkenalan dengan seorang pria ‘MT’ melalui situs jejaring sosial Facebook. Bahkan ‘FS’ dicekoki narkoba dan minuman keras.
Menurut dia, untuk mengurangi bertambahnya kasus pelecehan seksual, peran orang tua adalah yang paling penting.
“Kita tidak bisa melarang anak untuk menggunakan gadget karena memang sudah jamannya. Peran orang tua menjalin kedekatan dengan anak sangat penting, agar dapat melindungi dan mengawasi dengan baik,” ujar Yayah.
Yayah juga menambahkan bentuk perlindungan dan pengawasan orang tua terhadap anaknya seperti memperhatikan kebiasaan anak dan siapa saja teman-teman dekatnya.
Sementara itu, Sekretaris P2TP2A Provinsi Banten, Dra. Evi Sofia menjelaskan P2TP2A sebagai lembaga layanan bagi korban kekerasan terhadap perempuan yang terdapat di 33 Provinsi di Indonesia, masih terus aktif melakukan sosialisasi. Sosialisasi dilakukan di posyandu dan beberapa sekolah di berbagai daerah dengan membuat konseling bagi siswa.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara