Jakarta, Aktual.co — Direktur Eksekutif Energy Wacth Ferdinan Hutahea menilai dua sosok calon menteri yang masuk dalam “bursa” kabinet pemerintahan Jokowi-JK, yakni Sri Mulyani Indrati (SMI) dan Kuntoro Mangkusubroto (KMS) tidak pantas mengisi kabinet Trisakti.
Sebab, kedua orang tersebut tidak memiliki ideologi Trisakti Bung Karno, seperti yang diinginkan oleh Jokowi.
“Bahwa nama SMI dan KMS sangat tidak layak mengisi kabinet trisakti Jokowi, karena dua nama tersebut tidak memiliki ideologi Trisakti Bung Karno, tidak nasionalis, tidak loyal kepada bangsa tetapi loyal kepada mafia dan kapitalis,” kata dia, di Jakarta, Kamis (16/10).
Apapun alasannya, kata dia, meski keduanya profesional di dalam bidangnya, tetapi keduanya juga tidak memiliki ideologi Bung Karno.
“Dua nama tersebut (SMI dan KMS)  tidak memiliki ideologi bung Karno maka dengan ini menurut hemat kami tidak layak mengemban misi Trisakti Bung Karno,” kata ketua solidaritas merah putih dari relawan Jokowi-JK ini.
Untuk diketahui,  nama Sri Mulyani Indrawati (SMI) pun akhirnya bergema juga. Konon, dia akan diplot mengisi kursi menteri pada kabinet Jokowi-JK. Tidak tanggung-tanggung, konon lagi, dia akan menjadi Menteri Koordinator Perekonomian. Posisi keren yang menggawangi jatuh-bangunnya perekonomian negeri berpenduduk lebih dari 240 juta jiwa ini.
Nama lain yang juga beredar adalah Kuntoro Mangkusubroto. Nama ini memang tidak sekencang SMI. Namun, tak urung gosip ini memantik kekhawatiran sebagian kalangan yang paham betul rekam jejak Kuntoro di jajaran birokrasi.
‎Jika kabar-kabar yang berseliweran itu benar, maka lengkap sudah keterpurukan Indonesia. Nyaris sejak Orde Baru, dan disambung Orde Reformasi, kendali ekonomi Indonesia senantiasa diserahkan kepada para penghamba sekaligus pejuang neoliberalisme. Satu mazhab yang getol menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak pasar. ‎
Sedangkan, nama Kuntro disebut-sebut orang yang paling bertanggungjawab karena merugikan negara dengan UU Migas ‎
Kuntoro adalah tokoh penting di balik UU No. 22/2001 tentang Migas yang sangat menguntungkan asing dan sangat merugikan Indonesia. Bukan itu saja, lewat Kuntoro pula USAID masuk, bahkan mengucurkan dollar demi suksesnya pembahasan RUU yang draft-nya mereka buatkan.‎

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang