Wakil Presiden Jusuf Kalla bersalaman dengan Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono di rumah dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jakarta, Selasa (1/11/2016). Dalam pertemuannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) malam ini secara khusus membahas rencana demonstrasi besar-besaran yang akan dilakukan pada 4 November mendatang.

Jakarta, Aktual.com – Dua negara besar di Asia Timur, Jepang dan China terus bersaing di dunia untuk mencengkramkan pengaruhnya ke banyak negara di Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia.

Untuk itu, menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), pemerintah Indonesia memastikan tak akan mendukung kepentingan kedua negara itu. Indonesia tetap dengan semangat bebas aktif dalam menjalankan kebijakan perekonomiannya di dunia ini.

“Semua yang terjadi di sekeliling kita akan berdampak ke kita. Sekarang ada pertentangan China dan Jepang. China dengan kepentingan one belt one road, dan Jepang kepentingan indo pacific. Dan dua hari lagi Abe (Shinzo Abe-PM Jepang) akan datang ke sini,” ungkap Wapres JK di acara Pertemuan Tahunan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2017, di Jakarta, Jumat (13/1) malam.

Dengan adanya pertarungan kedua negara itu, kata dia, beberapa negara di ASEAN sudah mulai kelihatan dukungannya ke salah satu negara tersebut.

“Tapi kita akan selalu di tengah. Kita selalu diajak Jepang dan China. Tapi sikap kita tetap, bebas aktif dan tidak berpihak ke salah satunya. Makanya kepentingan kita adalah menguatkan diri kita sendiri,” ungkap dia.

Belakangan ini, di bawah pemerintahan Jokowi-JK, justru pemerintah menerapkan kebijakan yang terlihat lebih intim ke China. Kasus proyek kereta api cepat yang dimenangkan China bisa menjadi contoh. Juga adanya kebijakan utang luar negeri yang mulai banyak dilakukan terhadap lembaga keuangan China.

JK kembali menegaskan, saat ini dalam sistem ekonomi global, tren negara-negara di dunia mulai banyak menerapkan kebijakan proteksionisme. Bahkan negara seperti Amerika Serikat setelah dipimpin Donald Trump, akan semakin protek dengan kepentingan negaranya.

“Sekarang peran pemerintah harus kuat. Tak lagi liberal. Mulai ada proteksi dan timbul nasionalisme. Ini akan berkembang terus. Baik di AS, Eropa dan Asia. Dan faktor itu akan memengaruhi perekonomian kita,” jelas Wapres.

Dengan kondisi tersebut disebutnya bakal memengaruhi laju perdagangan dunia yang pastinya akan menurun gara-gara ada proteksi. “Sehingga kepentingan itu sangat kuat. Tapi pada akhirnya kita akan berdiri dengan kekuatan sendiri,” janji Wapres.(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid