Beranda Khazanah Dunia Islam Soal Beda Hari Lebaran, Haedar Nashir: Tidak Boleh Saling Menghujat

Soal Beda Hari Lebaran, Haedar Nashir: Tidak Boleh Saling Menghujat

Presiden Joko Widodo (kanan), Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir (kedua kanan) dan Pengurus PP Muhammadiyah saat menerima kunjungan Presiden Joko Widodo di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018). Presiden Jokowi didampingi sejumlah Menteri Kabinet Kerja antara lain Mensesneg Pratikno dan Mendikbud Muhadjir Effendy. Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyerahkan hewan kurban berupa sapi kepada PP Muhammadiyah.  AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta umat Islam untuk saling bersikap toleran (tasamuh) menyikapi perbedaan hari lebaran. Dirinya menyarankan kepada siapapun yang merayakannya pada Jumat, untuk menjaga perasaan umat muslim lainnya. Sebaliknya bagi yang merayakan hari Sabtu, Haedar juga berharap tidak terlalu sensitif.

“Bagaimana caranya bagi kita dan kaum muslimin yang besok menyelenggarakan Idulfitri, kita selesaikan dengan khusyuk, dengan yakin, dan tidak perlu terlalu rame-rame (open house). Bagi yang sudah siap opor di rumah, silahkan makan di rumah. Tapi kalau ada satu dua yang makan di restoran atau toko, lakukan dengan tertib. Juga yang belum berbuka juga jangan terlalu sensitif,” kata dia seperti dikutip dari situs Muhammadiyah, Sabtu (22/4) sore.

Haedar kembali menegaskan perbedaan perayaan hari raya ini disikap secara dewasa. Dia pun meminta para elite politik untuk menguatkan narasi persatuan ketimbang perpecahan.

“Bagaimana mengurus kesejahteraan rakyat sekaligus supaya rakyat umat bersatu dalam perbedaan. Dan, dalam perbedaan itu juga harus dewasa. Idulfitri boleh berbeda tapi yang paling penting, tidak boleh saling menyalahkan, saling menghujat, saling bermusuhan, termasuk di media sosial. Kalau perdebatannya ilmiah gapapa. Tapi kalau sudah saling serang, berhenti saja supaya (hasil) puasanya tidak batal,” ujarnya.

“Maka tonjolkan perdebatan keilmuan. Kalau yang ilmunya belum nyampai, jangan ikut-ikutan apalagi komen-komen yang tidak bagus. Tapi juga jangan sampai yang merasa punya ilmu, debatnya debat kusir,” tambah dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Megel Jekson