Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menantang Luhut Binsar Pandjaitan untuk membuka big data terkait adanya 110 juta masyarakat yang meminta Penundaan pemilu 2024.
“Ayo dong ekspose big data itu. Jangan sampai ini dianggap manipulatif. Kalau Luhut tidak berani ekspos data ini, maka ini manipulasi sama dengan Harmoko jilid dua,” ujar Pangi saat dialog Aktual yang berlangsung Jumat 18/3) sore.
Pangi pun mengingatkan bahwa, pada era itu Harmoko melapor pada Presiden Soeharto, dan meminta beliau untuk kembali menjadi presiden karena masyarakat masih menginginkan Soeharto menjadi presiden.
Padahal saat itu beliau sudah tidak menginginkan diri menjadi presiden kembali setelah 6 periode. Tapi, akhirnya Soeharto terjerumus juga.
“Ingat yang memberhentikan Soeharto di sidang MPR, yang ketok palu adalah Harmoko. Ingat ini sejarah, jangan lupakan itu,” kata Pangi.
Pangi menambahkan bahwa big data yang dimaksud Luhut itu masih berbentuk populasi. Kalau dalam survei itu disebut sampel. Direktur Eksekutif Voxpol Indonesia itupun meragukan klaim populasi sebesar itu.
“Mana populasinya yang 110 juta itu?,” tanya Pangi.
Kalau populasi itu adalah media sosial, berarti dia termasuk percakapan, capture Facebook, Twitter dan Instagram netizen. Padahal sebenarnya netizen itu tidak bisa diverifikasi keasliannya.
“Bagaimana mungkin saya percaya dengan netizen. Netizen itu kadang ada robotnya dan akun yang palsu. Kalau data-data ini tidak dibuka berarti pak Luhut, bohong. Ini manipulatif, hoax dan merusak demokrasi kita,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dede Eka Nurdiansyah