BPS melaporkan sejak Desember 2017 hingga Februari 2018 neraca neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami defisit. Kalau dalam dunia sepak boleh, defisit kali ini mencetak _hat-trick_. Pada Februari defisitnya sebesar US$11 juta. Lalu, Desember 2017 dan Januari 2018, masing-masing defisit US$756 juta dan US$220 juta. Jika diakumulasi, maka _hat-trick_ defisit neraca perdagangan sudah menembus US$1,1 miliar dolar AS. Top, kan? jadi, apanya yang _prudent_? Prudent dari Hong Kong?!

Keseimbangan primer di APBN dalam beberapa tahun terkahir juga selalu defisit. Pada APBN 2018 dipatok defisit Rp87,3 triliun. Jangan tanya lagi defisit volume APBN yang memang sudah langganan dari tahun ke tahun. Tahun ini, defisit anggaran mencapai Rp325,9 triliun. Saking rajinnya bikin defisit APBBN, hingga tak berlebihan bila Sri dijuluki madam defisit (APBN).

Lalu, berkesinambungan seperti apa yang Sri maksudkan? _Sustain_ untuk terus bayar cicilan pokok dan bunga utang? Pada 2018, Pemerintah mengalokasikan anggaran lebih dari Rp637,8 triliun untuk bayar utang. Jumlah ituterdiri atas pembayaran bunga utang Rp238,6 trilliun, dan cicilan pokok utang Rp399,2 triliun. Angka ini jauh di atas anggaran untuk pendidikan yang Rp444,1 triliun dan infrastruktur yang amat dibangga-banggakan, sebesar Rp410,7 triliun.

Sebagai penganut neolib sejati, tidak mengherankan kalau Sri menyusun APBN dengan prinsip _creditors first_. Perkara untuk itu rakyat harus terus diperas dengan bermacam pajak dan dicekik lewat kenaikan berbagai harga, itu soal lain. Itu sih DL, alias derita _loe_!

*Jurus ngeles*

Yang lebih menyedihkan, Menkeu yang konon terbaik Asia dan menteri terbaik dunia itu justru minta tolong kepada anak-anak baru lulus dari program LPDP. Namun untuk menutupi ketidakberaniannya berdebat, dia menggunakan diksi yang hebat-hebat.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid