Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim, mengatakan soal ujian nasional seharusnya tak jauh berbeda dengan uji coba maupun kisi-kisi yang telah disampaikan.

Satriwan menjelaskan siswa banyak mengeluhkan soal UNBK matematika untuk tingkat SMA yang tidak sesuai dengan kisi-kisi dan soal uji coba.

Soal yang keluar juga tidak sesuai dengan cakupan materi di simulasi UN dan uji coba UN. Kemudian tidak sesuai kaidah penyusunan soal yang baik (pilihan jawaban diurutkan dari kecil ke besar atau sebaliknya).

“Soal trigonometri banyak keluar enam soal padahal di kisi-kisi hanya dua soal,” jelas Satriwan.

Kemudian, soal isian singkat banyak soal yang tidak sama ada yang empat, lima, dan tiga untuk setiap peserta ujian.

10 Persen Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Muhamad Abduh mengatakan soal yang dikeluhkan tersebut sudah sesuai kisi-kisi yang diberikan.

“Dari perspektif kami, soal-soal yang diujikan sudah sesuai dengan kisi-kisi yang ditetapkan,” ujar Abduh.

Sementara dari pihak siswa, terlihat sebagai soal yang sulit dikerjakan. Padahal soal-soal yang ada di soal UN tersebut sudah sesuai dengan kisi-kisi soal UN yang diberikan.

Mulai tahun ini, Kemdikbud mulai memberlakukan soal yang membutuhkan daya nalar tingkat tinggi atau “high order thinking skills” atau HOTS pada UN 2018. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dari UN tersebut dengan memasukkan soal HOTS tersebut.

Soal seperti itu nantinya akan menjadi standar pelaksanaan UN hingga 2025. Sehingga mendeteksi kemampuan siswa.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby