“Untuk tahun ini, baru 10 persen dari jumlah soal untuk yang memerlukan daya nalar tinggi”.

Menanggapi banyaknya protes dari siswa peserta UN, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta maaf kepada pihak-pihak yang mengalami kesulitan atas kesulitan yang didapat peserta UN.

“Saya meminta maaf kalau ada beberapa kalangan yang merasa mengalami kesulitan yang tidak bisa ditoleransi. Dengan ini, saya janji bahwa akan kami benahi. Tetapi mohon maklum bahwa UN harus semakin sulit untuk mengurangi ketertinggalan kita,” kata Muhadjir.

Muhadjir menjelaskan kualitas pendidikan Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di kawan Asia dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, Kemdikbud berusaha untuk memperbarui sistem pendidikan, termasuk di antaranya adalah meningkatkan standar kualitas ujian nasional.

“Karena sesuai hasil Programme for International Student Assessment PISA), kita sangat rendah. Ketika PISA rendah, kami (Kemdikbud) disalahkan, tapi ketika kami menaikkan standar membuat siswa sulit, kami juga salah. Tapi saya rasa kita terus mendorong anak-anak kita semakin berkualitas dengan meningkatkan standar ujian nasional kita,” jelas Muhadjir.

PISA diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). PISA merupakan program untuk mengukur pencapaian pendidikan di seluruh dunia.

Survei yang dilakukan tiga tahun sekali itu mengukur kemampuan anak berusia 15 tahun dalam membaca, matematika dan sains.

Indonesia pertama kali ikut dalam PISA pada 2000 dengan anggota saat itu 41 negara. Indonesia saat itu menempati peringkat 39 dengan kemampuan membaca dengan skor 371, peringkat 39 untuk kemampuan matematika dengan skor 367 dan peringkat 38 untuk sains dengan skor 393. Sementara rata-rata internasional yakni 500.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby