Urutan PISA Indonesia pada survei terakhir mengalami kenaikan pada skor dari survei sebelumnya, namun untuk peringkat belum mengalami kemajuan. Indonesia berada pada urutan 66 dari 72 negara untuk kemampuan literasi dengan skor 397. Urutan 65 dari 72 negara untuk kemampuan matematika dengan skor 386 dan urutan 64 untuk sains dengan skor 403.

Menyeluruh Pemerhati pendidikan dari Universitas Paramadina Mohammad Abduhzen mengatakan konsep dan praktik pemberlajaran perlu dibenahi dulu sebelum menerapkan soal ujian HOTS.

“Konsep dan praktik pembelajaran harus dibenahi, seperti apa yang diinginkan. Dibahas atau dikaji dulu baru dirumuskan, dibuat kebijakan, baru kemudian melakukan sosialisasi,” kata Abduh.

Abduh menambahkan soal dengan daya nalar tinggi tersebut sedianya bukan mata pelajaran dan juga bukan soal ujian. HOTS adalah tujuan akhir yang dicapai melalui pendekatan, proses, dan metode pembelajaran.

Kekeliruan memahami persoalan HOTS akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tak efektif dan tak produktif.

“Misalnya dengan maksud pembelajaran yang menyasar HOTS, lalu soal dibuat susah. Kesukaran yang dikeluhkan murid kemungkinan muncul dari kekeliruan seperti itu, atau tidak sesuai antara pemahaman pembuat soal terhadap konten kurikulum dan silabus pembelajaran,” jelas Abduh.

Pemerhati pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal mengatakan proses belajar di kelas belum mampu menghidupkan nalar siswa sehingga kemampuan dalam mengerjakan ujian didasarkan pada kebiasaan mengerjakan soal berbasis kisi-kisi.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby