Megaproyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (Aktual/Ilst.Nlsn)
Megaproyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (Aktual/Ilst.Nlsn)

Jakarta, Aktual.com — Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang ngotot diperjuangkan Menteri BUMN Rini Soemarno ibarat orang yang berutang ke bank tapi hanya untuk hidup bermewah-mewahan.

Dengan begitu sudah pasti tidak akan berdampak ke perekonomian nasional. Justru yang ada akan terbebani untuk bayar utangnya.

“Perilaku pemerintah ini aneh. Memang saat ini kita butuh infrastruktur yang besar, tidak apa-apa kalau dananya melimpah. Nah ini, sudah bangun kereta cepat yang tidak penting, malah dananya hasil ngutang,” kecam anggota Komisi VI DPR, Sartono Hutomo kepada Aktual.com, Rabu (2/3).

Bahakan kalau dianalogikan, kata dia, perilaku Menteri Rini ini ibarat orang berutang ke bank tapi tidak punya konsep jelas. Yang ada, dana utangan itu hanya buat bangun rumah mewah dengan fasilitas mewahnya seperti kolam renang, dan lainnya. Bukan untuk bangun usaha.

“Nah, dana utangan untuk kereta cepat itu ya seperti itu. Hasil ngutang tapi hanya untuk bermewah-mewahan. Cuma menunjukkan ke dunia bahwa kita punya kereta cepat,” kritik politisi dari Fraksi Demokrat ini.

Padahal dampak ke pertumbuhan ekonominya itu tidak ada. Bahkan potensi ruginya pun sangat besar. Sementara dana ngutang Rp70-80 triliun itu setiap tahunnya harus dicicil.

“Karena belum ada kajian ekonomi bahwa kereta cepat ini dapat menggenjot pertumbuhan dan menghidupkan banyak UKM di sekitarnya. Yang ada proyek ini tidak akan menguntungkan,” papar dia.

Bahkan, menurutnya, dengan adanya kewajiban membayar utang nantinya, sementara pemasukan dari kereta cepat ini setiap tahunnya sekitar Rp800 miliar, maka bisa sampai ratusan tahun baru bisa lunas utang tersebut.

“Itu jelas menjadi beban bagi BUMN dan bukan tidak mungkin juga membebani bagi keuangan negara nantinya,” tegas Sartono.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan