Dalam waktu dekat, sebagian kewenangan direksi PT Semen Padang dan juga opco lainnya PT Semen Tonasa dan PT Semen Gresik, yaitu Direktorat Komersial akan dipangkas dan ditarik oleh PT Semen Indonesia.
Setelah itu menyusul Direktorat Keuangan, sehingga dalam waktu tidak terlalu lama di PT Semen Padang hanya tersisa Direktorat Produksi dengan kewenangan setingkat General Manager.
PT Semen Padang sebagai sebuah korporasi akan tinggal kenangan.
Kedepan tidak akan lebih dari sebuah unit produksi. Suatu perubahan yang radikal, membohongi harapan dan kebanggaan rakyat Sumatera Barat.
Seharusnya, Hendi sebagai orang baru di industri semen, terutama di PT Semen Indonesia, terlebih dahulu mempelajari sejarah dan memahami perjalanan panjang PT Semen Padang dan bagaimana proses terbentuknya PT Semen Indonesia (dulu PT Semen Gresik selaku holding company).
Kalau bukan karena tuntutan masyarakat Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan di tahun 2001 kepada pemerintah Megawati untuk membatalkan put option yang dimiliki oleh Pemerintah RI. Jika pemerintah melaksanakan put optionnya kepada Cemex, maka tidak akan ada lagi Semen Indonesia ini.
Penarikan direktorat komersial dengan alasan efisiensi untuk dapat bersaing dipasar adalah hal yang dicari-cari. Hendi sebagai CEO dari sebuah perusahaan besar tidak menunjukkan kemampuan manajemennya, tidak tahu prioritas yang harus dilakukannya.
Kekosongan Komisaris Utama yang telah berlangsung selama 8 bulan dan Direktur Utama PT Semen Padang dan Direktur Komersial PT Semen Tonasa yang telah berlangsung selama 3 bulan lebih seharusnya menjadi prioritas untuk diisi.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid