“Ketiga, pompa daya beli. Karena konsumsi rumah tangga menyumbang 55% dari Produk Domestik Bruto (PDB), maka peningkatan daya beli masyarakat menengah dan bawah sangat penting bagi terpacunya pertumbuhan PDB. Program industri padat karya dengan cash transfer yang sedang dirancang Pemerintah untuk diterapkan awal tahun depan sudah bagus,” tambahnya.

Selain program tersebut, sebaiknya juga dilakukan perubahan sistem impor bahan pangan dari sistem kuota ke sistem tarif. Dengan program ini harga-harga pangan dapat turun hingga 75%, sehingga kelebihan pendapatan masyarakat (sekitar 25% alokasi konsumsi pangan) ini dapat dialokasikan masyarakat untuk kegiatan konsumsi lain di luar pangan.

“Keempat, pompa kebijakan. Inovasi kebijakan sangat penting untuk menciptakan pertumbuhan baru dalam ekonomi. Kebijakan pemerintah Joko Widodo (Jokowi) sejak 2015 menggalakkan industri pariwisata dengan memunculkan Bali-Bali baru (yang lahirkan Program 10 Destinasi Pariwisata, dst) sudah benar. Buktinya, devisa sektor pariwisata yang mencapai US$ 13,6 miliar pada tahun 2016, berhasil menempati peringkat kedua dari puncak yang masih diduduki sektor perkebunan yang sebesar US$ 16 miliar,” jelasnya.

Contoh lainnya adalah seperti apa yang dilakukan pemerintah era Gus Dur pada tahun 2000, yaitu dengan kebijakan membuka persaingan di antara maskapai penerbangan. Akibat kebijakan inovatif ini, muncul banyak maskapai baru dalam persaingan, sehingga berhasil menurunkan harga tiket pesawat hingga 60%. Masyarakat umum pun mulai dapat mengakses moda transportasi ini. Sejak tahun 2000 hingga saat ini, jumlah penumpang pesawat sudah mencapai 7 kali lipatnya.

(Reporter: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka