Jakarta, Aktual.co — Kritik berbagai kalangan terhadap masuknya nama Rini Soemarno dalam jajaran kabinet Jokowi JK, ternyata hanya dianggap angin lalu. Bahkan berdasarkan informasi yang beredar, formasi kabinet Jokowi ternyata menempatkan “Soemarno Inc. sebagai penguasa migas dan kekayaan alam dalam satu genggaman.
“Santer dikabarkan Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN, Sudirman Said sebagai Menteri ESDM dan Ari Soemarno yang menjabat Komisaris Utama Pertamina praktis migas berada dalam satu genggaman oleh Soemarno Inc,” ujar Analis dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng kepada Aktual, Minggu (26/10).
Menurutnya, Rini punya sejarah buruk dalam penghancuran ambruknya Industri nasional dan BUMN. Ini dapat dibaca dalam kasus ambruknya PT DI, dan Texmaco, dan perusahaan industi nasional lainnya. Tidak ada prestasi sama sekali selama menjabat menteri dalam kabinet Gotong Royong.
Ari Sumarno sendiri yang telah lama terlibat didalam Pertamina, sebagai staf khusus direktur hilir, sebagai direktur Petral, sebagai direktur utama Pertamia, telah ikut berkontribusi terhadap semakin ambruknya sektor migas Indonesia, juga semakin ambruknya pertamina.
“Ari sumarno bukanlah sosok yang berprestasi dalam membenahi migas dan pertamina. Periode kepempimpinannya merupakan periode semakin merosotnya sektor migas indonesia dan membengkaknya impor minyak,” jelasnya.
Kemudian, lanjut Daeng, Sudirman Said sendiri sebelumnya pernah dicopot oleh Dirut Pertamina dari Vice President integrated supply chain (ISC) Pertamina, tanpa alasan yang jelas.
“Meskipun yang bersangkutan adalah pendiri masyarakat Transparansi Indonesia bersama Sri Mulyani, Kuntoro Mangkusubroto, namun selama memimpin ISC diduga terjadi kerugian negara. Namun hal ini tidak pernah diusut secara tuntas,” tegasnya.
Terbentuknya Sumarno Inc., yang menguasai bisnis migas akan semakin menyuburkan praktek mafia dalam suplay chain migas. Mafia migas tumbuh subur dalam seluruh rantai supply migas nasional, dari hulu sampai ke hilir.
“Jika migas dikendalikan oleh satu genggaman oligarki semacam ini, maka tentu merupakan kroni yang membahayakan ditengah upaya untuk mendorong isue transparansi di dalam migas,” terang Daeng.
Dipegangnya sektor migas oleh suatu kelompok bisnis, atau kelompok yang berlatar belakang bisnis, lanjutnya, akan semakin menyuburkan praktek mafia di dalam sektor migas.
Daeng menegaskan jika semangat untuk menjalankan visi Trisakti dalam sektor migas akan semkin jauh. Para penyelenggara migas adalah bagian dari rezim lama yang merupakan element parasit yang selama ini berkontribusi pada ambruknya industri migas nasional.
“Nasionalisasi migas ditangan kabinet ini ibarat pepatah ‘jauh panggang dari api’,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka