‘Solusi Calon Presiden Rakyat Untuk Krisis Garuda Indonesia’
Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior dan Bakal Calon Presiden pada pemilihan umum 2019, Rizal Ramli mengatakan, adanya mismanagement dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selama pemerintahan Joko Widodo.
“Secara umum total aset BUMN Rp 7.200 triliun, dengan Return on Asset (ROA) 2,7 persen dan Return on Equity (ROE) 6,9 persen,” kata Rizal dalam agendan konferensi pers yang digelar dikawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (25/6).
Sejauh ini kata Rizal, BUMN digunakan sebagai alat mobilisasi dana, politik, dan bancakan.
“Presiden Jokowi dengan tetap mempertahankan Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN, dengan kinerjanya yang jeblok merupakan bagian dari masalah, bukan solusi BUMN,” katanya.
Kasus Garuda adalah contoh dari mismanagement dan ketidakmampuan, ketidakprofesionalan Menteri BUMN, Rini Soemarno.
Dua minggu sebelum Rizal diangkat menjadi Menteri Koordinator Maritim & Sumber Daya di kabinet Presiden Jokowi, yakni pada Agustus 2015, Rizal mengatakan kepada Presiden Jokowi bahwa Garuda sudah merugi sebesar USD 399,3 juta pada tahun 2014, dan akan terus merugi kalau tidak diambil langkah-langkah perombakan dan perbaikan.
Menurutnya, persoalan krisis Garuda yang merugi adalah soal biasa. Bisa karena sebab-sebab eskternal dan internal. Namun, yang paling penting menurutnya adalah perusahaan harus memiliki strategi untuk membalikkan situasi atau turn around strategy.
Selain itu dia juga memaparkan beberapa hal yang menjadi masalah utama Garuda Indonesia.
Berikut masalah utama Garuda:
1. Pengangkatan direksi Garuda tidak berlandaskan kompetensi, jumlah direksi terlalu banyak (8 orang direksi hanya akomodasi politik).
2. Manajemen tidak berani mengambil keputusan untuk pembatalan dan rescheduling pembelian pesawat-pesawat yang tidak diperlukan.
3. Flight dan rute manajemen payah. Yang dilakukan manajemen hanya pemotongan biaya via cross cutting, cross the board. Sangat berbahaya jika yang dipotong anggaran di sektor training. Padahal bisnis penerbangan intinya adalah safety-nya Juga seharusnya direktur operasi tidak dilebur menjadi jadi direktur produksi.
4. Permainan atau patgulipat di Garuda terjadi juga dalam hal pembelian logisitik. Sistem pengadaan tidak kompetitif, sehingga harga yang dibeli konsumen kemahalan.
5. Rute manajamennya payah. Seharusnya direktur operasi harus dipilih lebih canggih.
Rizal juga mengatakan, strategi marketing Garuda semakin tidak tertata. Seharusnya premium airline malah “dicampur” dengan strategi low cost carrier, seperti Citylink. Padahal Garuda disegani karena reputasi, safety yang tinggi, dan memiliki kualitas pelayanan terbaik di dunia, dengan cara memberikan terlalu banyak discount, bazar diskon dan promo tiket, menurut Rizal itu yang membuat brand premium Garuda semakin luntur.
“Kami ingin membantu Pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi untuk memberikan solusi, karena reputasi Presiden Jokowi akan merosot kalau Garuda tidak diselamatkan,” tegasnya.
“Kami cuma tidak ingin reputasi Presiden Jokowi merosot kalau Garuda terpaksa dijual.” sambungnya.
Rizal juga mengatakan akan merumuskan strategi perbaikan Garuda, dan jika dilaksanakan sungguh-sungguh Garuda bisa untung kembali dalam waktu kurang dari dua tahun. Untuk itu sebagai prasyarat awal perlu dilakukan overhaul komisaris dan manajemen PT Garuda Indonesia Airways.
“Kasus BUMN Garuda ini sebenarnya relatif kecil dibanding dengan masalah yang dihadapi semua BUMN dan total persoalan perekonomian Indonesia,” jelasnya.
“Kami ingin menunjukkan contoh analisa masalah dan solusi untuk kasus Garuda. kami memiliki rancangan dan solusi ekonomi Indonesia keseluruhan untuk tumbuh 10 persen tahun 2019-2024 sebagai calon presiden Republik Indonesia,” pungkasnya.
Berikut cuplikannya:
Laporan: Warnoto