Jakarta, Aktual.com — Paket kebijakan ekonomi pemerintah dinilai tak berdampak langsung kepada investor yang ada di Indonesia, menyusul hengkangnya sejumlah perusahaan asing dari tanah air.

“Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap buruh sudah diingatkan oleh pihak serikat pekerja dan Komisi IX, tapi pemerintah mengatakan belum besar. Sehingga, sekarang kita melihat perusahaan seperti Ford, Sandoz, Philips, Toshiba Panasonic, tutup,” kata Ketua Komisi IX DPR, Dede Yusuf, Jumat (5/2).

Artinya, sambung dia, tingkat penjualan perusahaan tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan akhirnya melakukan efisiensi, salah satu cara dengan memindahkan pabrik (Baca: Tanggapi Aksi Buruh, Menaker Hanif: Demo Jangan Mengganggu Ketertiban Umum).

“Itu sebabnya saya lihat kenapa tidak dibaca pemerintah. Sudah harus dipikir kembali, jangan tiba-tiba mikirin bangun kereta cepat, jalan tol,” tegas Dede.

Menurutnya, ada beberapa alasan yang membuat perusahaan asing berhenti beroperasi. diantaranya, cost production lebih tinggi dari pendapatan (penurunan daya beli), birokrasi yang panjang, dan kebijakan ekonomi yang tak tepat sasaran (Baca: Koordinasi ke Panasonic dan Toshiba, Menaker Berharap Tidak Terjadi PHK Besar-besaran).

“Peraturan timpang tindih, Tim ekonomi pemerintah harus duduk bersama, antisipasi, karena kondisi ini tak hanya di Januari, bahkan berlanjut hingga 6 bulan kedepan,” tutupnya.

 

Artikel ini ditulis oleh: