Jakarta, Aktual.com — Edukasi dan sosialisasi mengenai gejala, upaya pencegahan, dan pengelolaan diabetes melitus kepada masyarakat perlu ditingkatkan.

“Hal itu sangat dibutuhkan untuk menekan prevalensi diabetes melitus secara nasional,” kata pakar penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Bowo Pramono, di Yogyakarta, Rabu (6/4).

Menurut dia, ada tiga gejala diabetes, yakni, poliuri (sering buang air kecil, polifagi (sering merasa lapar) dan polidopsi (sering merasa haus). Selain itu juga mengalami penurunan berat badan tanpa disertai dengan sebab yang jelas.

“Gejala-gejala itu memang kerap tidak diperhatikan sebagai keadaan yang harus dikhawatirkan sehingga tidak ada langkah untuk melakukan pemeriksaan ke dokter,” kata Kepala SMF/KSM Penyakit Dalam RSUP Dr Sardjito itu.

Menurut dia, lebih dari 60 persen pengidap diabetes tidak sadar kalau terkena diabetes. Kebanyakan datang ke dokter dalam kondisi sudah komplikasi.

“Diabetes bukan suatu penyakit yang mematikan. Namun, penyakit yang timbul akibat peningkatan kadar gula dalam darah itu bisa mematikan apabila terjadi komplikasi,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, skrining diperlukan dengan rajin ‘check up’ setahun sekali. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih mengenali gejala diabetes sedini mungkin juga penting dilakukan.

Ia menambahkan, untuk menekan risiko terkena diabetes masyarakat diharapkan lebih memperhatikan kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat. Diantaranya, makan sesuai kebutuhan dengan komposisi nutrisi seimbang dan melakukan olahraga secara rutin.

“Pencegahan primer dilakukan dengan menjaga agar orang yang berisiko diabetes tidak sampai terkena diabetes sehingga perlu dilakukan skrining,” katanya.

Sementara pencegahan sekunder dilakukan agar penderita diabetes tidak mengalami komplikasi akut. Diabetes jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan komplikasi kronis seperti stroke, serangan jantung, gangguan syaraf tepi, dan amputasi.

“Begitu pula dengan pencegahan tersier perlu dilakukan agar penderita diabetes yang terkena komplikasi tidak mengalami cacat, amputasi, bahkan kematian.”

Artikel ini ditulis oleh:

Antara