Jakarta, Aktual.co — Wacana kebijakan pemerintah untuk menghapus BBM jenis RON 88 (Premium) dan menggantinya dengan RON 92 (Pertamax) seperti yang direkomendasikan tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) mendapat tanggapan dari berbagai pihak.
Pasalnya, jika benar kebijakan tersebut diambil, SPBU asing akan kian menjamur di Indonesia dan berdampak pada SPBU dalam negeri.
“Itu tanggung jawab Pertamina. Kami siap bersaing dengan siapapun,” ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto di kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Selasa (30/12).
Di sisi lain, Dwi mengakui bahwa kemampuan produksi kilang Pertamina rata-rata hanya sekitar 40-50 persen dari kebutuhan nasional. Saat ini pihaknya sedang melakukan perbaikan dan upgrading kilang agar produksi bisa meningkat sebesar 80 persen dari kebutuhan nasional.
“Dengan rencana upgrading segala macam akan kita arahkan kepada kebutuhan masyarakat,” kata dia,
Sebelumnya, Ketua II DPP Hiswana Migas, M Ismeth mengatakan jika RON 88 jadi dihapuskan, kompetitor akan semakin banyak. Oleh karenanya,ia berharap agar pengusaha SPBU dalam negeri mendapat perlindungan karena masih menjual RON 88.
“Kalau pengusaha kan punya tanggung jawab untuk menyalurkan BBM subsidi, makanya kita minta selalu diajak bicara. Ini adalah momen yang ditunggu asing, mereka bisa masuk ke kita dengan luasnya,” ujar Ismeth pekan lalu.
Selain itu, kata dia, para pengusaha SPBU dalam negeri masih mengandalkan RON 88 sebagai sumber pendapatan utama dengan marjin Rp210 per liter. Namun, pengeluaran dan pajak usai pencabutan subsidi BBM justru meningkat.
“Marjin tidak naik, sementara pengeluaran, utang, naik, pajak juga naik,. Jadi saat ini terus terang saja pengusaha SPBU sedang sabar,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
















