Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ekonomi dunia masih melemah sehingga mempengaruhi motor ekonomi Indonesia.
Hal ini diketahui dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang selalu direvisi hingga 3,1%. Dimana sebelumnya proyeksi pertumbuhan ekonomi ditargetkan 3,7% lalu turun menjadi 3,4%.
“Kalau ekonomi melemah maka permintaan terhadap barang juga melemah,” ujar Sri Mulyani saat menjadi pemateri di acara Pertemuan Nasional I Legislatif dan Eksekutif Partai Golkar di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (27/9).
Lebih lanjut, Sri Mulyani menuturkan bahwa pendapatan minyak dan gas menurun sangat dramatis. Dua tahun lalu, pada tahun 2014 lifting migas berada pada level 100 dollar per barel, namun sekarang hanya berada di level 40 dollar perbarel.
“Secara umum perdagangan dunia melemah. Nilai tambah mengalami stagnasi,” tutur mantan Direktur Bank Dunia ini.
Sri Mulyani mengatakan, jika di bank dunia menambah uang beredar supaya pertumbuhan ekonomi dunia bisa tumbuh kembali, justru Indonesia tak bisa melakukan hal yang sama. Sebab ekonomi Indonesia masih sangat dipengaruhi komoditas hasil pertambangan. Namun ironisnya, pertambangan nasional mengalami pertumbuhan negatif yang mengakibatkan harga jatuh dan volume menurun.
“Dari pertambangan mengalami penurunan tajam dari pajak PPh dan PPn,” katanya.
Selain itu, dari sektor perdagangan internasional, pertumbuhan ekspor import juga mengalami pertumbuhan negatif yang akhirnya mempengaruhi APBN.
“APBN kita 2014 masih dibangun berdasar asumsi ekonomi dan komoditas tinggi dan ekspor kuat. Tapi 2016 komoditas turun karena itu APBN 2017 berada di 100 triliun ke bawah. Tahun 2015 pemerintah buat APBN, asumsi masih belum di koreksi 100 triliun, Jadi masih di atas 100 triliun di tambah pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Padahal ekonomi masih mengalami penderitaan,”ungkap dia.
“Jadi pertumbuhan global lemah, perdagangan internasional negatif sehingga tahun 2015 realisasi APBN kita 248 triliun. Dibawah target. Ini yang menyebabkan 2016 situasi sangat rumit karena 2016 disusun berdasarkan nilai yang masih tinggi lagi,” tambahnya.
Laporan: Nailin In Saroh
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby