Menyenangkan asing

Puja-puji dan seabrek penghargaan yang diperolehnya dari dunia internasional, tidak lebih dari ‘balas jasa’ atas kemurahan hatinya mengguyur para bond holder dan kreditor dengan keuntungan supergede. Kumpulan investor inilah yang dalam mazhab neolib sering disebut sebagai “pasar”. Jadi, kalau mereka berkata Sri adalah Menkeu yang disukai pasar, artinya Menkeu kita disenangi investor alias para bond holder dan kreditor.

Penghargaan Menkeu Terbaik Asia diberikan harian ekonomi Emerging Markets pada 2008. Majalah Euromoney bahkan mengganjar SMI sebagai Menkeu Terbaik Dunia. Setiap tahun Emerging Markets memang selalu memberi penghargaan bertepatan dengan sidang tahunan IMF dan Bank Dunia. Responden yang menjadi sumber penilaiannya adalah para bankir, analis, dan investor.

Menurut Emerging Markets, salah satu alasan utama Sri dipilih sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Asia karena dia merupakan figur utama yang mendorong reputasi Indonesia sebagai outstanding borrower of the year untuk kawasan Asia. Tuh, kaaan…

Dilihat dari nara sumber yang jadi responden dan kriteria penilaian yang ditetapkan, Sri Mulyani menyandang Menkeu Terbaik Asia/Dunia karena bisa “menyenangkan” pasar. Bukan karena pertimbangan bagi perbaikan dan kemajuan ekonomi Indonesia.

Pujian dan penghargaan pasar tidak jatuh kepada Menkeu yang sukses membawa ekonomi negaranya terbang ke langit. China, misalnya, hanya dalam tempo 20 tahun telah menjadi raksasa ekonomi terdahsyat dengan jumlah cadangan devisa mencapai USD3,2 triliun. Tapi, tidak seorang pun Menkeu China yang meraih “anugrah” sebagai Menkeu terbaik Asia, apalagi dunia.

Begitu juga dengan para Menkeu yang berhasil membawa rakyat mereka menjadi sejahtera. Jepang, Korsel, atau Malaysia, misalnya. Bahkan, jangan pernah berharap penghargaan serupa akan jatuh kepada Menkeu Brasil, Venezuela atau Bolivia yang garang terhadap kepentingan kapitalisme global namun sukses mendongkrak kesejahteraan rakyatnya. Padahal, Brazil mampu mengerek perekonomiannya hanya dalam tempo delapan tahun!

Menyederhakanan utang negara sama dengan kartu kredit, sekali lagi menjadi bukti bahwa Ani memang hanya gemerlap media. Faktanya, kemampuan Ani dalam mengenali dan menyelesaikan masalah dengan tepat dan cepat, nyaris nihil. Terlebih lagi, berbagai persoalan keuangan negara itu justru merupakan buah dari konsep dan resep neolib yang secara ugal-ugalan diterapkannya di sini.

Dua kali menjadi Menkeu, apa prestasi Sri Mulyani bagi perekonomian negeri ini? Adakah kebijakannya yang berfungsi mendorong pertumbuhan, membuka lapangan kerja, mendongkrak daya beli/konsumsi, menurunkan angka kemiskinan, mendorong investasi dan pada akhirnya membaiknya kesejahteraan rakyat? Ada?

Yang ada justru sebaliknya. Dia mendisain APBN yang sarat dengan aroma neolib. Pajak terus digenjot, subsidi dipangkas hingga titik nol, utang baru yang lebih besar terus dibuat dan dialokasikan untuk membayar utang lama. Di negeri ini, kemiskinan terjadi bukan semata-mata karena rakyat malas, tapi lebih karena kebijiakan yang memiskinkan.

Ani menyamakan utang negara dengan kartu kredit. Ini juga yang menjelaskan, Sri Mulyani jadi Menkeu, Indonesia menjadi seperti karyawan dengan kartu kredit, ngos-ngosan. Negara sempoyongan…

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan