Jakarta, Aktual.com – Hubungan bisnis atara PT Pertamina (Persero) dengan Rosneft (asal Rusia) diduga ‘mengundang bau tidak sedap’. Kerja sama yang semula difokuskan untuk pengembangan kilang Tuban malah beralih kepada bisnis pengadaan Premium yang dipasok dari negara Rusia.
Akan tetapi sangat disayangkan ternyata hubungan bisnis tersebut sepertinya telah didahului permufakatan jahat sebelum terjadi kontrak, karena belakangan diduga Rosneft hanya berperan menjadi broker untuk pengadaan premium bagi Pertamina.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menjelaskan sesuai perjanjian kerja sama yang terjalin, Rosneft mendapat pesanan kontrak pembelian 1,2 juta barel hingga Desember 2016. Proyek ini merupakan bagian kerja sama pembangunan kilang Tuban.
Saat ini kata Yusri, baru saja Rosneft mengirim 200 ribu barel Premium ke Indonesia, namun disinyalir informasi yang diterimanya, ternyata minyak tersebut bukan dibawa dari Rusia melainkan dari Tanjung Langsat, Malaysian.
Rosneft berperan sebagai broker dengan menjual kembali minyak dari sana. Jikapun dikaji secara rasional kata Yusri, tidak mungkin Rosneft membawa BBM 200 ribu barel dari Rusia, karena jumlah tersebut terhitung kecil dan tidak ekonomis untuk dilakukan.
“Itulah yang Pertamina tidak terbuka soal sumber BBM RONĀ 88, kan seolah-olah ini bagian dari kerja sama Pertamina dengan Rosneft dalam rencana membangun kilang di Tuban melalui MoU akhir Mei 2016. Pada saat itu salah satu alasan memilih Rosneft adalah mendapat tawaran untuk bisa menggarap lapangan migas di Rusia, tidak ada cerita sedikitpun soal suplai Premium. Karena di dunia ini sudah tidak ada kilang yang memproduksi RONĀ 88. Jadi diduga Premium ini berasal dari kilang blending Travigura di tanjung Langsat Johor, Malaysia. Makanya Wianda (Vice President Corporate Communication PT Pertamina) muter-muter jawab soal ini,” katanya kepada Aktual.com, Rabu (14/9).
Anehnya tegas Yusri, sejak 1 Agustus 2016 Pertamina telah merubah program produk kilang TPPI yang biasanya digunakan memproduksi Premium RON 88 sebesar 60 ribu barel perhari, dirubah memproduksi Pertamax 92. Sehingga perubahan ini diduga merupakan skenario untuk mengakomodir kepentingan agen-agen Rosneft di Indonesia yang sudah tidak sabar untuk menikmati keuntungan bisnis tersebut.
Aktual.com kemudian mengkonfirmasi kepada pihak Pertamina atas dugaan pemufakatan jahat tersebut. Namun sampai berita ini dimuat belum ada tanggapan dari pihak Vice President Corporate Communications Pertamina.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan