Jakarta, Aktual.co — Pemerintah mengisyaratkan bahwa kondisi rupiah yang saat ini tengah melemah hingga menyentuh level Rp13000 per dolar AS, masih jauh dari resiko krisis yang pernah dialami pada 1998 lalu.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional Andin Haryanto mengatakan, yang terjadi pada 1998 adalah melemahnya mata uang rupiah lalu investasi yang menjadi tidak pasti sehingga ada guncangan ekonomi.
“Normalnya kurs melemah rada tinggi seperti diawal 2015. Fundamental tidak kuat, harga saham melemah, investasi asing turun karena tidak percaya lagi sama Rupiah, itu yang terjadi 1998,” kata Andin dalam Aktual Forum di Warung Komando, Tebet, Jakarta, Minggu (5/4).
Menurutnya, hal yang terjadi 2015 adalah meskipun Rupiah merosot, namun investasi asing tetap masuk. Bahkan, pemerintah pun menerbitkan global bonds, artinya masih tinggi investornya.
“Capital inflow Rp7 triliun di pasar saham. Jadi masih tinggi. Faktor melemahnya Rupiah karena eksternal hampir terjadi di semua negara,” ujar dia.
Ia menerangkan, jika ekonomi Indonesia akan collapse, sudah tentu investor akan tahu dari awal, kemudian mencabut uangnya.
“Ini kan nggak. Ada anomali fundamental kita beda dengan 1998. Investasi turun harga saham anjlok, ada gambaran sangat beda,” terang dia.
Artikel ini ditulis oleh:

















