Jakarta, Aktual.com – Kegusaran aktivis Komunitas masyarakat adat Orang Rimba Bukit 12 Jambi, Mijak Tampung, tidak bisa ditutupi lagi tatkala orang masih saja merendahkan Orang Rimba dengan sebutan Orang Kubu atau Suku Anak Dalam (SAD) tidak beradab, kotor dan kafir.

Ketua Kelompok Makekal Bersatu (KMB) ini tidak bisa diam seribu bahasa dan hanya satu kata yakni “lawan” dengan memberikan pengertian atau penjelasan kepada publik.

“Tentu saja ini sebuah kesalahan besar yang terus menerus disebarluaskan,” kata Mijak Tampung di Jakarta, Minggu (20/12).

Mijak menjelaskan yang lebih menyedihkan lagi, penyamarataan ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakat umum, tetapi media massa. “Dalam pemberitaannya, juga melakukan kesalahan yang sama,” katanya.

Masyarakat adat Orang Rimba Bukit 12, katanya, jika ada pihak masyarakat sekitar Jambi yang terlibat konflik dengan SAD, tidak pandang bulu, menyamaratakan Orang Rimba atau SAD. “Mereka yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa menjadi sasaran serang karena disamaratakan sebagai Suku Anak Dalam,” katanya.

Dikatakan, tentu saja hal itu akan memperumit masalah dan semakin menambah luas wilayah konflik. Pemerintah Jambi sebaiknya mengimbau dimana titik-titik konflik yang kerap terjadi dan menindak dengan tegas siapa pemicu konflik tersebut.

“Orang Rimba Bukit 12 hidup di tengah hutan bukit dua belas, menjalankan adat istiadat dan keyakinannya,” katanya.

Terkait dengan konflik antara Orang Singkut dengan warga Kungkai, Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi, ia menjelaskan Orang Singkut adalah sebutan dari Orang Rimba Bukit 12 untuk SAD yang tinggal di sepanjang jalur lintas Sumatera dari Jambi ke arah Sumatera Barat juga Sumatera Selatan, mereka dahulu berasal dari Singkut, wilayah di Kabupaten Sarolangun, Jambi.

“Ketika hutan mereka sudah habis dirampas untuk keperluan program transmigrasi dan perkebunan sawit, Orang Singkut tinggal berpindah-pindah tempat di sepanjang lintas Sumatera (nomaden). Untuk bertahan hidup mereka berburu babi dan binatang buruan lainnya, mengumpulkan buah-buah sawit yang tercecer dan kerja-kerja lainnya yang mereka sanggup mengerjakannya,” katanya menjelaskan.

Artikel ini ditulis oleh: