Grab (istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Perusahaan aplikator GRAB disarankan lebih rasional dan menghindari pelanggaran atas persaingan usaha yang tak sehat di Asia Tenggara. Hal itu disampaikan seiring kehadiran GO-JEK di Singapura.

“Kita tahu, dokter dan ekonom sama-sama setuju, gula yang terlalu banyak itu buruk untuk kesehatan bayi, walaupun bisa jadi solusi penenang sementara,” kata kolumnis Bloomberg, Tim Culpan, dalam artikel “Saran Ekonom dan Dokter untuk GRAB” menganalogi, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (4/12).

Gula dimaksud Culpan dalam kutipan di atas adalah insentif. Berupa strategi “bakar uang” yang masih dilakukan GRAB di Singapura dan juga di Indonesia.

Tulisan Culpan menjadi sindiran tajam terhadap GRAB dari Singapura dengan kata kunci: stop sistem insentif dan bertindaklah rasional agar perusahaanmu sehat! Artikel tersebut merangkum pendapat para ekonom tentang keberadaan startup.

“Memang sulit (hampir tak mungkin) untuk tiba-tiba menghentikan memberi sejumlah insentif itu. Namun, apabila para pendiri startup (GRAB) tersebut mau benar-benar menunjukkan keberanian, mereka seharusnya ambil jalur yang sedikit lebih sulit namun rasional,” sarannya.

Culpan tidak meragukan kemampuan manajemen GrabTaxi Holdings Pte yang dihuni banyak individu pintar. Namun tak ada salahnya untuk memerhatikan dan mencerna saran para ekonom.

Sebab sudah ada kesalahan. Pertama, GRAB menaikkan tarif tergesa-gesa pasca mengakuisisi UBER kemudian ‘mengusir’-nya dari Asia Tenggara.

Tak lama kemudian, GRAB langsung memutuskan untuk menghisap uang dari pengemudi dan konsumennya. Hal itu terjadi terutama di Singapura.

Akibatnya, GRAB kena sanksi dari badan pengawas persaingan usaha san pada September 2018 dan dihatuhi hukuman denda. Sanksi lainnya, GRAB harus unmenghitung ulang cara penentuan tarif dan stop melarang driver GRAB untuk bergabung dengan perusahaan transportasi lain.

Kesalahan kedua, menerapkan berbagai kebijakan secara besar-besaran padahal UBER baru saja dibeli dan integrasi masih berjalan. Perubahan kebijakan termasuk struktur insentif bagi pengemudi dan konsumen

”Ya mungkin ini yang namanya sharing-economy ala GRAB. Geraknya terlalu cepat. Belum juga UBER ‘dicerna’, sudah banyak kebijakan yang diubah-ubah,” ungkap Culpan.

Hasilnya adalah serangkaian keluhan dari berbagai arah. Seperti pendapatan driver yang menurun, tarif konsumen yang lebih tinggi, dan layanan pelanggan yang semakin memburuk.

”Ini tentunya bukan pencapaian positif bagi perusahaan yang baru saja menggelontorkan US$ 3 miliar saat akuisisi (usai akuisisi, UBER masih memiliki 27,5% saham Grab)” terusnya.

Usai GO-JEK asal Indonesia masuk Singapura, GRAB yang punya pria Malaysia, Anthony Tan dan Tan Hooi Ling secara natural harus mati-matian memertahankan pangsa pasarnya. Klaim GRAB mencapai 80 persen di Singapura.

”Bukan itu saja, GRAB juga bergerak di tengah-tengah peringatan keras pemerintah Singapura mengenai tindak kecurangannya di pasar,” Culpan meneruskan.

Caranya, GRAB ‘membalas dendam’ terhadap GO-JEK yakni dengan mengucurkan semakin banyak insentif untuk pengemudi dan diskon untuk konsumen. Culpan menyebut, GRAB memang punya dana yang cukup untuk memenangkan strategi bakar-bakar uang di Singapura, Indonesia, Vietnam dan bahkan di seluruh Asia Tenggara.

Maka kini situasi berbalik. Dari ‘mengeruk’ keuntungan dengan cara menentukan tarif tinggi secara tiba-tiba berubah menjadi longsorkan tarif dengan cara memperbesar insentif.

”Masalahnya, dengan melakukan hal tersebut, GRAB seakan-akan memberikan pemanis kepada semua pihak. Hal ini apabila dilakukan bertahun-tahun, akan membuat pengemudi dan konsumen protes dan menangis seperti bayi apabila pemanis tersebut tiba-tiba hilang,” paparnya.

Kehadiran GO-JEK di Singapura memberikan kesempatan bagi GRAB untuk mengkaji ulang strateginya. ”Seharusnya Grab lebih rasional dalam tentukan insentif dan diskon pelanggan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi yang baik, sehingga semua pihak diuntungkan, termasuk GRAB sendiri,” Culpan meneruskan.

Kehilangan pangsa pasar tidak serta merta buruk untuk GRAB. Secara teoritis, menurunnya pangsa pasar akan menurunkan jumlah permintaan, dampaknya bisa tingkatkan tarif.

Peningkatan tarif akan memastikan, driver tetap mau bergabung bersama dengan GRAB. “Dalam bahasa ekonom, ini yang disebut supply-demand equilibrium yakni keseimbangan permintaan dan ketersediaan layanan,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh: